Deoxa Indonesian Channels

lisensi

Advertisement MGID

 


 





 


Kamis, 09 Januari 2020, 2:21:00 AM WIB
Last Updated 2020-01-09T06:39:39Z
Berita wisata dan budaya

Asal Usul Barongan di Daerah Blora

Advertisement
BLORA,MATALENSANEWS com-Kesenian Barong atau yang lebih dikenal dengan kesenian Barongan merupakan kesenian khas Jawa Tengah. Akan tetapi dari beberapa daerah yang ada di Jawa Tengah, Kabupaten Blora adalah sebuah daerah yang lebih banyak dibandingkan dengan daerah lain.
Seni Barong adalah sebuah kesenian rakyat yang sangat populer dikalangan masyarakat Blora, terutama masyarakat pedesaan. Karena menyangkut beberapa sifat dari masyarakat Blora, seperti sifat: spontanitas, kekeluargaan, kesederhanaan, kasar, keras, kompak, dan berani yang dilandasi kebenaran maupun kejujuran.
Kesenian barongan adalah tempat pelengkap yang dibuat Singo Barong atau Singa besar sebagai penguasa hutan angker dan sangat buas.
Sedangkan tokoh Singobarong dalam cerita barongan disebut juga GEMBONG AMIJOYO yang artinya harimau besar yang berkuasa.
Kesenian Barongan gerakan tari kelompok, yang menirukan keperkasaan gerak si Singa Raksasa. Peranan Singo Barong dalam total penyajian mewakili tokoh yang sangat dominan, disamping ada beberapa tokoh yang tidak dapat ditampilkan yaitu: Bujangganong / Pujonggo Anom Joko Lodro / Gendruwo Pasukan berkuda / reog Noyontoko.
Selain pementasan kesenian barongan juga dilengkapi beberapa perlengkapan yang menggunakan instrumen musik antara lain: Kendang, Gedhuk, Bonang, Saron, Demung dan Kempul. Seiring perkembangan jaman ada beberapa instrumen modern yaitu Drum, Terompet, Kendang besar dan Keyboard. Adakalanya dalam beberapa pementasan sering dipadukan dengan kesenian campur sari.
Kesenian barongan bersumber dari hikayat Panji, yaitu sebuah cerita yang diawali dari iring-iringan prajurit berkuda mengawal Raden Panji Asmarabangun / Pujonggo Anom dan Singo Barong.
Singkatnya, dapat diceritakan sebagai berikut:
Prabu Klana Sawandana dari Kabupaten Bantarangin jatuh cinta kepada Dewi Sekartaji putri dari Raja Kediri, maka diperintahkanlah Patih Bujangganong / Pujonggo Anom untuk meminangnya. Keberangkatan yang dikeluarkan 144 prajurit berkuda yang dipimpin oleh empat orang perwira yang disahkan: Kuda Larean, Kuda Panagar, Kuda Panyisih dan Kuda sangsangan. Sampai di hutan Wengkar rombongan Prajurit Bantarangin dihadang oleh Singo Barong sebagai penjelmaan dari Adipati Gembong Amijoyo yang ditugasi menjamin keamanan di perbatasan. 
Terjadilah perselisihan yang memuncak menjadi peperangan yang sengit. Semua Prajurit dari Bantarangin dapat ditaklukkan oleh Singo Barong, akan tetapi keempat perwiranya dapat lolos dan melapor kepada Sang Adipati Klana Sawandana. Pada saat itu juga ada dua orang Puno Kawan Raden Panji Asmara Bangun dari Jenggala bernama Lurah Noyontoko dan Untub juga memiliki tujuan yang sama yaitu diutus R. Panji untuk melamar Dewi Sekar Taji.
Namun setelah dihutan Wengker, Noyontoko dan Untub mendapatkan rintangan dari Singo Barong yang terhubungkan untuk melanjutkan perjalanan, namun semuanya saling terkait, sehingga terjadilah peperangan. Namun Noyontoko dan Untubuhkan kewalahan sehingga mendatangkan saudara sepeguruannya yaitu Joko Lodro dari Kedung Srengenge. Akhirnya Singo Barong dapat ditaklukkan dan dibunuh. Akan tetapi Singo Barong memiliki kesaktian. Meskipun sudah mati asal disumbari dengan nama Singo barong ia bisa hidup kembali.
Peristiwa ini kemudian diluncurkan ke R.Panji, kemudian berangkatlah. R.Panji Pada saat yang bersamaan, Adipati Klana Sawendono juga menerima laporan dari Bujangganong (Pujang Anom) yang dikalahkan oleh Singo Barong. Dengan rasa amarah Adipati Klana Sawendada mencabut pusaka andalannya, yaitu Pecut Samandiman dan berangkat menuju hutan Wengker untuk memburu Singo Barong. Setelah sampai di Hutan Wengker dan ketemu dengan Singo Barong, maka tak terhindarkan pertarungan yang sengit antara Adipati Klana Sawendana melawan Singo Barong. 
Dengan senjata andalannya Adipati Klana Sawendana dapat menaklukkan Singo Barong dengan senjata andalannya yaitu Pecut Samandiman. Singo Barong kena Pecut Samandiman menjadi lumpuh dan tak berdaya. 
Akan tetapi berkat Kesaktian Adipati Klana Sawendana kekuatan Singo Barong dapat dipulihkan kembali, dengan persyaratan Singo Barong mau mengantarkan ke Kediri untuk melamar Dewi Sekartaji. Setelah sampai di alun-alun, Kediri bertemu dengan rombongan Raden Panji yang juga setuju untuk melamarkan Dewi Sekartaji. 
Perselisihanpun tak terhindarkan, akhirnya terjadilah perang tanding antara Raden Panji dengan Adipati Klana Sawendano, yang akhirnya dimenangkan oleh Raden Panji. Adipati Klana Sawendana berhasil ditunda sementara Singo Barong yang telah disetujui Adipati Klana Sawendana dikutuk oleh Raden Panji dan tidak dapat diubah wujud lagi menjadi manusia (Gembong Amijoyo) lagi. Akhrnya Singo Barong Takhluk dan mengabdikan diri kepada Raden Panji, termasuk prajurit berkuda dan Bujangganong dari Kerajaan Bantarangin.
Kemudian rombongan yang dipimpin Raden Panji melanjutkan perjalanan guna melamar Dewi Sekartaji. Suasana arak-arakan yang dipimpin oleh Singo Barong dan Bujangganong inilah yang menjadi latar belakang kesenian Barongan.(Sudi.B)