Deoxa Indonesian Channels

lisensi

Advertisement MGID

 





 


Selasa, 30 Juni 2020, 11:28:00 PM WIB
Last Updated 2020-06-30T16:28:53Z
NEWSOpini

Kompetisi Politik PILKADA Serentak Sudah Terasa Getarannya

Advertisement
MATALENSANEWS.com-Menuju (Pilkada) Serentak yang akan berlangsung 2020 nanti penulis mencoba mengajak pembaca untuk menilai dan menganalisis bagaimana political power seorang petahana yang maju lagi dalam Pilkada serentak, lalu bagaimana dengan political power (juga political will) pendatang baru.
Pembaca yang budiman, aroma kompetisi politik pilkada serentak sudah terasa getarannya,
Sejauh pengamatan penulis, selain petahana bermunculan beberapa wajah baru calon kepala daerah/wakil kepala daerah. Mereka hadir untuk menebar pesona. Tidak sampai di situ, para kandidat tersebut datang dan gencar melakukan psywar politik
Ada yang tampil untuk dilirik dan digandeng petahana, namun ada juga yang merupakan pendatang baru wajah lama yang akan tampil melawan petahana, adapula yang sama-sama baru (tanpa ada mantan petahana). Ada keyakinan, mereka yang tampil sebagai pendatang baru (sama-sama baru bahkan) digadang-gadang memiliki kans kuat untuk menaklukkan political power petahana. Hal ini dapat terjadi karena kemampuan resources para figur baru tersebut diprediksi memperoleh dukungan nyata, baik yang maju melalui jalur partai politik maupun independen.
Namun di lain sisi, kekuatan politik petahana tidak dapat dipandang sebelah mata. Dia adalah orang lama, pemain lama. Petahana telah membangun kekuatan selama kurang lebih lima tahun. Bahkan kekuatan politik itu disiapkan dari berbagai lini. Ada lini finansial (keuangan yang disiapkan pasti sudah cukup berdasarkan pengalaman pilkada sebelumnya), ada lini manejemen birokrasi (bagaimana petahana memainkan posisinya sebagai pejabat pembina kepegawaian untuk menempatkan orang-orang yang kuat pada posisi-posisi strategis demi mempermudah pelayanan kepada publik sebagai target meraup suara), ada lini ASN sebagai alat yang dimiliki, yang sedang berada dalam sistem kendali petahana (belum lagi mereka yang tergiur jabatan, akan bekerja tanpa peduli sekalipun ada larangan ASN jangan terlibat politik praktis. Lihat saja, di mana-mana para ASN yang demikian akan selalu menempel petahana, termasuk yang takut karena diintimidasi).
Walau demikian, penulis menilai Pilkada serentak 2020 mendatang, merupakan ajang adu kekuatan, pertarungan gengsi, pertaruhan marwah parpol dan peserta (calon) independen dalam arena kompetisi Pilkada.
Konstelasi perolehan suara Pemilihan legislatif 2019 setidaknya menjadi trigger dengan munculnya figur baru calon kepala daerah. Di beberapa daerah sejauh pantauan penulis sudah terlihat figur-figur kuat secara strategi politik dan finansial. Namun beberapa daerah lain belum.
Penulis memprediksi angin perubahan dalam Pileg 2019 lalu menjadi salah satu alasan dengan tampilnya figur baru calon kepala daerah. Bahkan ada keyakinan bahwa posisi politik dan power petahana tidak lagi istimewa dan superior. Petahana bisa saja tumbang di tangan pendatang baru.
Di era Pilkada sebelum-sebelumnya ada hegemoni pikiran yang ditanamkan bahwa kejayaan petahana bisa menimbulkan phobia. Namun saat ini tidak ada lagi phobia itu. Bahkan di mata para figur baru persepsi kejayaan petahana menjadi spirit untuk tampil dengan strategi jitu dan mematikan petahana.
Jika dunia musik Indonesia ada rising star, di dunia politik pun demikian. Munculnya the rising star calon kepala daerah yang baru akan membuat fragmentasi dukungan loyalist votters untuk menambah daya pesona Pilkada serentak 2020 karena kekuatan kandidat tersebar merata dan memiliki probabilitas menang yang sama. Rivalitas pertarungan power politik antara kekuatan Parpol melawan independen pun akan sangat terasa dan seru.
Khusus di Oku, Oku Timur dan Oku Selatan, bagi Parpol, Pilkada 2020 merupakan momentum politik yang wajib dimenangkan. Ini juga dapat menjadi sinyal positif dalam upaya persiapan pilgub Sum-sel mendatang. Jika calon parpol memenangkan semua Pilkada 2020 maka Pilgub Sum-sel menjadi ringan karena infrastruktur politik di kabupaten/kota sudah dikuasai. Pertanyaannya, adakah partai yang telah siapkan kader dan akan tampil sebagai pengusung tunggal dan atau melalui koalisi untuk mengajukan figurnya bersaing di pilkada serentak 2020.?
Penulis memperkirakan belum ada keputusan jelas dalam parpol untuk segera mendukung salah satu (calon) kandidat, termasuk bakal calon yang sudah melakukan fit and propper test sekalipun. Bahkan parpol-parpol besar, pemenang pileg masih was-was akan munculnya rival yang kuat dan berpotensi menang. Semua masih bergantung survey internal parpol dan kecenderungan pemilih menentukan pilihan figur sesuai pengalaman kesehariannya. Belum lagi, misalkan figur dimaksud (baik petahana maupun figur baru) pernah,atau sedang tersangkut (dugaan) korupsi.
Di lain pihak, munculnya calon independen (perseorangan) harus dipahami sebagai antitesis terhadap dominasi parpol dalam setiap kontestasi demokrasi. Memang dalam pentas Pilkada 2020, Parpol diprediksi akan mengusung kadernya sendiri untuk memastikan loyalitas ideologinya terhadap Parpol yang mengusungnya jika kelak terpilih sebagai kepala daerah.
Calon kepala daerah yang tidak dipromosikan Parpol akan banyak maju dan menggantungkan harapannya lewat jalur independen agar bisa terlibat kompetisi. Adakah figur kuat yang memilih maju melalui jalur perseorangan? Antara petahana dan calon baru, baik kader parpol maupun non-parpol, adakah perbandingan program dan konsep membangun, serta konsep memimpin yang menjanjikan dan dapat membawa perubahan signifikan?
Kita menanti penetapan dan deklarasi dukungan partai-partai politik beberapa waktu ke depan. Kita akan menyaksikan, apa yang akan segera dimainkan baik petahana maupun figur pendatang baru menuju Pilkada Serentak 2020 yang akan datang.(Red)
Penulis : Vin’s DiseL