Deoxa Indonesian Channels

lisensi

Advertisement MGID

 


 





 


Senin, 31 Agustus 2020, 2:36:00 PM WIB
Last Updated 2020-08-31T07:59:15Z
NEWSSejarah dan Budaya

NUTHUK (MEMAINKAN) GAMELAN UNTUK KEHIDUPAN (Belajar makna tersirat instrumen Gamelan Jawa)

Advertisement
Oleh : Sofyan Muhamad

MATALENSANEWS.com
"Rumekso ingsun
laku nisto ngoyo woro 
Kelawan mekak howo
howo kang dur angkoro 
Senajan setan gentayangan
tansah gawe rubedo
hinggo pupusing jaman...."

Gamelan menjadi alat musik asli Nusantara yang menghasilkan bunyi bunyian yang artisitik bahkan juga menyisakan nuansa sufiistik nan mistik. Mendengar bunyi gamelan bagi orang yang memahami maka akan memasuki dimensi rohani dalam ritualitas konfirmasi diri karena pada hakekatnya tiap tiap instrumen gamelan adalah ajaran hidup yang luhur dengan makna filosofi yang dalam.

Gamelan berasal dari bahwa Jawa “gamel” yang berarti memukul/ menabuh, diikuti akhiran “an” yang menjadikannya sebagai kata benda. Gamelan mempunyai arti satu kesatuan alat musik yang dimainkan bersama, secara kata penyebutan maka kata GAMELAN mengandung filosofi  G-A-M-E-L-A-N
G (Gusti), A (Alloh), M (Maringi, memberi), E (Emut-ingat), L (Lakonono), A (Ajaran), N (Nabi).

Foto : Sofian Muhamad
Karenanya setiap instrumen adalah pesan pesan ajaran luhur yang  memiliki makna luhur dalam kehidupan, instrumen dalam gamelan Jawa satu persatu memiliki peran dan makna filosofi sebagai berikut :
1. Kendhang, berperan sebagai pemimpin dalam permainan musik gamelan, yaitu sebagai kendali irama cepat atau lambat. Kendhang berasal dari kata kendhali dan padang, yang berarti keinginan harus dikendalikan dengan pikiran dan hati yang bersih. Selain itu memiliki makna manusia harus segera melaksanakan aktivitas sesudah bengun pagi, dengan begitu rezeki akan datang padanya.
2.  Gong berarti agung / besar, mengandung makna bahwa Allah itu maha besar. Segala sesuatu bisa terjadi bila ada ijin dari Allah. 
3. Bonang memiliki bunyi “nang” saat dimainkan, yang bermakna setelah manusia lahir, manusia harus bisa berpikir dengan hati jernih, sehingga keputusan diambil penuh kesadaran, makna lain yaitu kemenangan sejati adalah melawan hawa nafsu pada diri kita. Kendalikanlah diri kita, jangan mudah terpancing dan gampang menuruti hawa nafsu, hal itulah yang disebut dengan pemenang sejati.  
4. Panembung memiliki arti menginginkan / meminta sesuatu hanya kepada Allah. Jangan pernah menyekutukan Allah
5. Penerus maksudnya adalah anak keturunan, artinya ajaran dan dakwah Islam wajib diteruskan oleh keturunan kita.
6. Saron maksudnya adalah seru atau keras, yaitu keras dalam hal menyuarakan kebenaran dinnul Islam harus dilakukan dengan kerja keras dan pantang putus asa
7. Gambang artinya adalah gamblang atau jelas, memiliki arti dakwah yang diberikan harus jelas, sehingga maksud dan pesannya tersampaikan dengan sangat jelas, gamblang dan bisa dimengerti. 
Selain itu Gambang berarti seimbang dan jelas, menunjukkan adanya keseimbangan antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat, keseimbangan kebutuhan lahir dan batin.
8. Suling terbuat dari bambu dan cara memainkannya dengan ditiup. Suling berasal dari kata nafsu dan eling yang berarti kita harus selalu ingat kepada Allah untuk mengendalikan nafsu kita.
9. Gender berasal dari gendera atau bendera sebagai simbol permulaan, yang bermakna sebagai permulaan gending maupun sebagai permulaan kehidupan.
10. Siter dimainkan dengan cara dipetik, memiliki makna filosofis hyaitu manusia harus mampu mengantarkan atau membimbing orang lain pada suatu tujuan baik.
11. Rebab ini dimainkan ketika “gender” tidak ada hal ini mengandung makna agar manusia dalam melakukan sesuatu harus memiliki tujuan yang jelas. Agar tindakan yang dilakukan tidak menyimpang.
12.Kethuk kalau ditabuk akan mengeluarkan bunyi “thuk” yang berarti sebagai manthuk yaitu setuju. Maksud dari makna tersebut adalah manusia haruslah setuju dengan semua perintah dan larangan Sang Pencipta.
13. Kempul instrumen ini menyerupai gong tapi berukuran lebih kecil, yang berarti kumpul, yakni ajakan untuk berjamaah dalam beribadah atau bersilaturahmi dengan sesama manusia.

Berbagai instrumen gamelan itu akan mendalam maknanya ketika dimainkan adapun cara memainkan instrumen gamelan yaitu digebuk (Kendhang atau Bedhuk), dipukul (Gender, gambang, kemanak, kecer, saron, bonang, kenong, kempul, gong), digesek (Rebab), dipetik (Celempung dan sitter), ditiup (Suling).

Menurut beberapa sumber catatan maupun cerita cerita rakyat yang berkembang maka Gamelan Jawa diperkirakan sudah ada sejak tahun 326 Saka atau 404 Masehi yang nampak terlihat pada relief di bangunan situs candi seperti Candi Prambanan dan Candi Borobudur, maka dalam relief terlihat gambar yang menegaskan adanaya tradisi membuat nyanyian untuk para dewa.

Dari berbagai kisah yang berkembang di ingatan masyarakat Jawa kemudian dinukilkan oleh R. Ng. Ronggowarsito maka terbaca kisah yang pada saat itu masyarakat Jawa banyak mendapatkan berbagai persinggungan seni,  transformasi sosial budaya dari Hindu dan Buddha, salah satu budaya yang dibawa adalah budaya bunyi-bunyian seperti bunyi hewan-hewan dan nada pukulan dengan alat kendang, ketipung, dan lainnya. Itulah menginspirasi masyarakat Jawa untuk membuat Gamelan Jawa.

Jika demikian gemilang dan estetiknya warisan budaya kita maka apakah tidak tergerak hati kita untuk berikhtiar memainkan dan melestarikannya...? Belajar gamelan maka berarti belajar keluhuran budi...lantas bagaimana dengan kita apa yang bisa kita tarik makna dalam hidup kita jika kita tidak mau tahu dengan budaya kita sendiri yang berupa gamelan.?

Nang ...Ning...Ning...
................................................................................
Wallahu a'lam bish-shawabi adalah Dan Allah Mahatahu yang benar/yang sebenarnya.

*. Tulisan ringan untuk membuka Pengantar dalam acara ruwatan Gamelan di Ndalem Ayem Muncar. 30/08/20.
*. Dari sari dari Wawancara mendalam dengan Ki Dalang Ribut Soponyono (Tretes Karanggede, Byl) dan Wawancara Teleconfrence dengan Sahabat Lama Ki Kencuk, (Master Musik Etnik jebolan ISI Jogja) serta dengan berbagai bacaan sumber referensi.

#. Kidung Kolosebu Kaanggit Dening Kanjeng Sunan Kalijogo.

**. Pemerhati budaya dan sejarah lokal sehari hari hidup sederhana di Desa.