Advertisement
Takalar/ Sulsel,MATALENSANEWS.com- Kehadiran Lembaga Ekonomi Umat Majelis Ulama Indonesia (LEU MUI) merupakan jawaban konkrit yang ditunggu umat yang saat ini hanya sebagai obyek bukan sebagai pelaku ekonomi. Ekonomi dikuasai segelintir orang sehingga kesenjangan ekonomi semakin jauh. Hari ini menjadi momentum kebangkitan ekonomi umat di Sulawesi Selatan hadirnya Pendiri Lembaga Ekonomi Umat MUI Haji Sutrisno Lukito didampingi M. Harry Naldi di Islamic Center Takalar, pada Minggu (4/9/2020).
Haji Sutrisno Lukito (pengusaha yang memulai usaha dari zero hingga menjadi pengusaha sukses) mengatakan kehadirannya ke Takalar Sulawesi Selatan bukan untuk berceramah.
“Kami datang bukan untuk ceramah atau seminar tapi saya datang untuk mengajak umat di Sulawesi Selatan khususnya Takalar bersatu, bergerak memajukan ekonomi umat di Sulawesi Selatan,” katanya.
“Untuk tahap awal LEU memulai dengan membantu warung tradisional di daerah pedesaan, kemudian LEU akan melangkah ke industri pembinaan UMKM, pertanian, peternakan, kelautan dlan lainnya. LEU tidak menggunakan dana APBN/ APBD sehingga diharapkan lahir pedagang- pedagang yang memiliki sifat jujur, tanggung jawab, disiplin dan kerja keras agar pinjaman barang bisa dinaikkan jumlahnya, kesejahteraan meningkat dan fasilitas pinjaman bisa digunakan pemilik warung lainnya,” urainya.
Sosialisasi program LEU dihadiri lebih dari 200 kordinator warung yang terdiri dari Bumdes dan koperasi difasilitasi oleh Makmur Mustaqim,SH Daeng Lewa seorang politisi yang banting stir hijrah ke gerakan ekonomi umat.
Program LEU seharusnya baru dilaksanakan di Sulawesi Selatan awal tahun 2022 karena masih fokus di Pulau Jawa. Namun karena kehadiran Randy Andi Kasim, cucu pahlawan nasional H. Pajonga Daeng Ngalle ke Kantor LEU di Grogol, Jakarta Barat dengan penuh harapan ingin memajukan ekonomi masyarakat Sulsel sehingga Managemen LEU memutuskan untuk datang ke Sulsel,”ujar M. Harry Naldi sebagai Dirut PT. Kunci Nusantara Cemerlang.
“Dan ternyata antusias masyarakat Sulawesi Selatan luar biasa bahkan sudah ada 12 kabupaten/ kota yang siap menjadi investor dan pengelola Distribution Centre (DC) yaitu Makasar, Takalar, Sidrap, Gowa, Enrekang, Wajo, Luwu, Bulukumba, Jeneponto, Bantaeng, Luwu, Palopo, tapi kita mulai dari 3 DC dulu di Makasar, Takalar dan Sidrap,” jelas Naldi yang juga tokoh aktivis PII & HMI, ESQ Pusat.
Salah satu peserta Daeng Ngunjung yang juga pengusaha grosir mengatakan LEU solusi problem ekonomi yang dikuasai kartel/ mafia sehingga kami para pelaku tidak bisa maju dan berkembang. 3 kelebihan DC Leu MUI yaitu harga bersaing, barang order melalui aplikasi IT dan diantar sampai warung dan memberikan konsinyasi barang sampai 50% tanpa agunan dan tanpa riba. “Kami berharap program ini benar- benar bisa segera direalisasikan di Sulsel,” harapnya.
Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Sirajudin Saraba mengatakan kehadiran LEU bukan hanya membangkitkan ekonomi di ritel & grosir tapi juga memberikan solusi bagi kemajuan di sektor pertanian & kelautan.
“Dan program LEU ini sangat mendukung program kerja Bupati Takalar. Kami dari pemerintah sangat berterima kasih kepada Bapak Makmur Mustaqim Daeng Lewa yang sudah memfasilitasi kehadiran LEU MUI Pusat ke Takalar,” katanya.
Naldi yang juga Pendiri Pergerakan Muballigh Indonesia menyampaikan moto pembangkit semangat perjuangan buat para Person In Charge (PIC), DC dan kordinator warung se Sulsel: Sekali layar terkembang, pantang biduk surut ke pantai, kuallengi tallanga nato walia.(Budi)