Deoxa Indonesian Channels

lisensi

Advertisement MGID

 



Sabtu, 26 Desember 2020, 3:16:00 PM WIB
Last Updated 2020-12-26T08:16:53Z
NEWSSejarah dan Budaya

MALAM JUMAT KLIWON YANG KERAMAT

Advertisement


Refleksi akhir tahun melalui perjalanan spiritual

Oleh : Sofyan Mohammad


Jumat Kliwon

Malam jumat kliwon

Bukan hanya imaji horor 

Bukan tentang hantu pocong dan sundel bolong

Bukan pula angka 13 yang sial itu


Malam Jumat Kliwon adalah bejana bagi renung haraf yang buncah

adalah kepekatan diantara tabir yang tersikap


Para malaikat pun menjatuhkan umpan Rahmat bagi pemancing cinta 

Tiupan angin memberikan tumpangan bagi kalam ilahiyah 

Gelap malam melesatkan lafadz sholawat pada junjungan


Lantas sudikah kau memikirkanya...?

Atau hanya kamu habiskan malam dengan berpeluh desah dengan pasanganmu dengan dalih sunah Rosul...?


...............................................................................



Bulan Desember yang merupakan bulan terakhir dipenghujung tahun dalam kalender Masehi dihari hari terakhir menuju tahun baru, maka pada hari hari itu biasanya akan dipenuhi dengan guyuran air dari langit, tetasan air hujan biasanya buncah membasahi bumi.  


Namun tepat pada tanggal 25 Desember 2020 nampaknya air hujan enggan menjatuhkan diri di bumi, sudah beberapa hari cuaca sangat terang mendungpun sama sekali tidak terlihat, hal ini tidak seperti Desember pada tahun tahun sebelumnya, karena sudah jamak diketahui di wilayah Nusantara jika bulan Desember adalah musim penghujan dengan ulasan sebagaimana pelajaran sekolah SMA tempo dulu dimana sang guru memberi penjelasan jika angin muson barat yang bertiup dari benua Asia ke arah benua Australia yang terjadi ketika matahari berada di belahan bumi selatan dan angin muson ini bersifat basah sehingga membawa untuk menjadikan musim penghujan di Indonesia dan biasanya angin ini bertiup pada saat memasuki bulan Oktober hingga bulan April.


Tanggal 24 Desember 2020 dalam kalender Jawa masuk hari Kamis Wage tanggal 9 Jumadilawal 1954 - Jimakir dan pada malam harinya yaitu tanggal 25 Desember 2020  merupakan hari Jumat Kliwon tanggal 10 Jumadilawal 1954 - Jumakir, dimana hari itu sebagai puncak hari Natal yang merupakan hari besar keagamaan bagi umat Nasrani di seluruh dunia, sehingga dengan suasana cerah tentu sangat membahagiakan bagi umat Nasrani yang merayakan suka cita perayaan Natal tahun 2020.


Jumat Kliwon bagi sebagian besar masyarakat diasosiakan sebagai hari yang keramat bahkan konon dipercaya sebagai hari yang sakral dengan aura-aura magis yang kuat. Khusus bagi sebagian besar masyarakat Jawa maka hari Jumat Kliwon sangatlah diperhatikan - dikeramatkan karena dalam perhitungannya hari Jumat merupakan hari ke - 6 dalam penanggalan sedangkan Kliwon merupakan hari ke - 4 dalam pasaran atau pancawara dalam penanggalan Jawa.


Kepercayaan tentang kesakralan hari Jumat Kliwon bukan karena sebab yang biasa karena bagi keyakinan orang Jawa kekeramatan itu bertolak dari proses perhitungan yang merupakan buah dari hujan empiris yang didapat oleh para leluhur melalui dimensi spiritual - prihatin (topo broto), yang dalam perkembangannya selanjutnya juga diperkuat dengan diksi yang dibawa oleh budaya kolonial tempo dulu yang mengasosiasikan kekeramatan hari Jumat yaitu masyarakat Eropa dikenal dengan berbagai cerita tentang hari jumat misalnya kisah tentang urban legend di Eropa, Friday the 13th atau Jumat tanggal 13 yang dipercaya oleh orang Eropa adalah hari yang membawa kesialan, selanjutnya bagi masyarakat Eropa percaya jika pada hari itu akan banyak terjadi "kesialan", sebut saja kisah peluncuran film Friday the 13th (1980) yang ditayangkan di bioskop - bioskop justru mengalami kerugian, demikian terkait saham dalam  The Dow Jones Industrial Averange juga dikisahkan mengalami penurunan hingga 190,58 poin dan nggak pernah kembali secara signifikan dan atau banyak kisah kehidupan masyarakat Eropa tentang kesialan pada hari Jumat yang berarti 13.


Sementara dalam Islam, malam Jumat merupakan hari untuk melakukan amalan - amalan kebaikan, karena hari Jumat dinilai sebagai hari yang mulia sehingga diabadikan dalam salah satu surat Alquran yaitu adanya surat Al - Jumu'ah


Bagi umat muslim salah satu amalan malam pada hari Jumat adalah dengan memperbanyak sholawat kepada Rasulullah sebagaimana disabdakan Nabiullah Muhamad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi yaitu “Perbanyaklah untuk membaca shalawat kepadaku pada setiap hari Jumat. Karena shalawat umatku akan diperlihatkan padaku pada setiap hari Jumat. Barang siapa yang paling banyak bershalawat kepadaku, dialah yang paling dekat denganku pada hari kiamat nanti".


Bagi sebagain besar umat muslim pada hari malam Jumat Kliwon tanggal 10 Jumadilawal 1954 - Jumakir maka dilakukan berbagai amalan spiritual untuk pemenuhan kebutuhan rohaninya maka tak heran bila diberbagai tempat tempat seperti makam atau petilasan para Aulia - Wali maupun tempat yang diyakini sakral seperti sendang - sanggar patirtan dipenuhi oleh orang orang untuk melakukan amalan spiritual.


Demikian para jamaah yang tergabung dalam majelis dzikir atau pengajian juga berkumpul dalam suatu tempat tertentu bisa masjid, mushola atau rumah anggota majelis untuk melakukan amalan spritual seperti tahlil, yasin, manaqib, mujahadah, sholawatan, pengajian  atau hanya saresehan biasa "leklek an"  yang pada intinya memanfaatkan malam Jumat Kliwon dengan laku Riyadloh atau prehatin.


Hal tersebut tampak dari melubernya para jamaah dari berbagai penjuru yang memenuhi sendang Keramat Kalimah Toyyibah Hasan Munadi yang berada di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang. Sendang Kalimah Toyyibah menjadi rujukan bagi masyarakat dari berbagai daerah yang ingin berwisata sekaligus berziarah dimana air yang mengalir dari sendang ini diyakini merupakan mata air keramat yang apabila mandi di sini maka segala penyakit akan sembuh dan doa akan dapat terkabul.


Sumber Air Sendang Kalimah Toyyibah berasal dari mata air di bawah pohon beringin yang sudah berusia ratusan tahun, yang berdiri di lereng suralaya gunung Ungaran dan dikisahkan jika sumber mata air ini tidak pernah kering meski pada musim kemarau panjang. Letak Sendang Kalimah Toyyibah berdekatan dengan makam Waliyullah Simbah Hasan Munadi dan Simbah Hasan Dipuro, sehingga menjadi satu paket wisata religi karena biasanya sebelum melakukan ziarah maka para peziarah akan mengunjungi sendang terlebih dahulu baru kemudian melakukan  ziarah di komplek makam yang bersebelahan dengan Masjid Subulussalam Nyatnyono yang dikenal sebagai Masjid Karomah Waliullah Hasan Munadi yang konon dipercaya lebih tua dari pada usia Masjid Agung Demak.


Syekh Hasan Munadi diperkirakan lahir pada kisaran tahun 1460 Masehi dengan nama lahir Raden Bambang Kartonadi yang diyakini pula jika waliyullah ini berdarah biru keturunan - dzuriah Raja Brawijaya V yang merupakan Raja terakhir Majapahit, oleh sebab itu Syekh Hasan Munadi masih ada nasab yaitu satu ayah lain ibu dengan Raden Fatah yang merupakan Raja pertama kerajaan  Demak Bintoro.


Bagi umat Islam maupun masyarakat Jawa tentu tidak asing dalam aktifitas riyadloh (bahasa Arab) tirakat (bahasa Jawa) yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan olah batin merupakan usaha atau kegiatan mengolah batin dengan menjalani ritual tertentu seperti dzikir, puasa, leklekan atau meditasi yang bertujuan agar apa yang diinginkan bisa berhasil dan diberikan kemudahan, nampaknya semua agama atau aliran kepercayaan juga memiliki cara berbeda untuk melakukan tirakat dan dalam Islam mengajarkan agar selalu berpuasa dan dzikir sebagai laku dari tirakat dan sebagainya karena riyadhoh adalah melatih diri untuk membiasakan diri melaksanakan ibadah-ibadah mahdhoh (ritual) dan ghairu mahdhoh yang dalam Al-Quran surah Al-Maidah : 35, Allah SWT berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.”


Selanjutnya melakukan riyadah diyakini akan memperoleh beragam manfaat bagi kehidupan baik jasmani maupun rohani karena dengan beriyadloh secara bersungguh sungguh maka akan memperoleh pengalaman batin untuk dapat mengungkapkan suatu rahasia tentang jati diri dalam perspektif mikro dan makro kosmos (jagad cilik dan jagad gedhe).


Manusia sekarang yang hidup di era membanjirnya arus informasi dan tekhnologi terlebih dimasa pandemi Covid -19 ini yang menyisakan genangan beragam persoalan sosial dalam kehidupan sehari hari, telah menjadikan manusia kini semakin teraliniasi yang memuncak menjadi sebuah kegelisahan jiwa yang telah menggiring pada pemikiran yang skeptis kendati otaknya cerdas dan kritis. Di era pendemi sekarang ini pula telah melahirkan bentuk ancaman psikis secara kolektif yang mampu menjajah mindset seseorang ke lembah impian dan hasrat yang menggebu untuk menuruti arus penyelesaian pendemi yang belum jelas dan pasti sehingga menjadikan terjadinya ketidakseimbangan antara harapan dan ketakutan (khauf - rojak) hal ini tentu pada giliranya semakin menjerumuskan manusia pada jurang kegelisahan yang akut dan frustasi.


Demikian fenomena hubbud dunya manusia sekarang nyatanya telah menjauhkan manusia kepada Tuhan, sehingga telah menenggelamkan adanya sikap sabar, Istiqomah, tawakal maupun budi pekerti yang semestinya tetap melekat pada dinding hati manusia. Sikap gelisah dan frustasi seseorang memang menjadi sebuah keniscayaan karena memang manusia adalah insan yang lemah, karena hal itulah maka manusia perlu melakukan olah batin yang hakikatnya adalah untuk mengais ketenangan jiwa dengan mengeliminasi segala bentuk pemikiran negatif yang menyesatkan jalan hidup sehingga akan memperoleh ketenangan jiwa sebagai obat mujarab dari kegelisahan yang akut tersebut.


Malam Jumat Kliwon yang jatuh pada akhir tahun 2020 rasanya tepat untuk dimanfaatkan kekeramatanya dalam rangka oleh batin untuk memberangus kegelisahan rohani dengan jalan riyadah, sebab dengan jalan tersebut orang tidak akan tenggelam pada kegelisahan begitu mendalam jika ia tertimpa musibah dan  sebaliknya ia tidak akan lalai jika dirinya mengalami nikmat kebahagian, karena yang ada adalah rasa syukur setiap mendapatkan pemberian-Nya, baik nikmat senang maupun susah, hal ini sebagai manifestasi ketertundukan manusia sebagai hamba.

........................................


Malam semakin lindap dengan semilir angin dengan membawa aroma khas pengunungan yang dingin menyekap...


Mulut pralon yang menjulur dari akar akar pohon beringin menjalar menyemburkan derasnya air keramat kalimah thoyibah nyatnyono mengguyur ubun ubun kepala dan membasahi sekujur tubuh tanpa ampun laksana tuntasnya dahaga kerongkongan karena disiram air limun ditengah terik yang masrum dengan kalimah kalimah thoyibah menggigil aku karena dosa dosaku...


Gemericik air keramat itu mengantarkan pada senandung mantra....

" Ana kidung rumekso ing wengi

Teguh hayu luputa ing lara

luputa bilahi kabeh

jim setan datan purun

paneluhan tan ana wani

niwah panggawe ala

gunaning wong luput

geni atemahan tirta

maling adoh tan ana ngarah ing mami

guna duduk pan sirno....."

(Ada sebuah kidung doa permohonan di tengah malam. Yang menjadikan kuat selamat terbebas dari semua penyakit. Terbebas dari segala petaka. Jin dan setan pun tidak mau mendekat. Segala jenis sihir tidak berani. Apalagi perbuatan jahat, guna-guna tersingkir. Api menjadi air. Pencuri pun menjauh dariku. Segala bahaya akan lenyap)**.

.................................................................................


Jumat Kliwon adalah dahaga bagi carut marut pendemi dan refleksi diakhir tahun 2020

.................................................................................


Semoga bermanfaat


................................................................................


*. Tulisan yang di sari dari pengalaman batin dan diramu dengan berbagai bacaan.


**. Penulis adalah santri kilat yang sehari hari tinggal di Desa.


***. Kidung Rumekso ing Wengi Karya Sunan Kalijogo.