Deoxa Indonesian Channels

lisensi

Advertisement MGID

 


 





 


Selasa, 01 Maret 2022, 6:14:00 PM WIB
Last Updated 2022-03-01T11:20:58Z
NEWSPENDIDIKAN

KAJIAN KITAB AL IBRIZ (Anasir dalam Tausiyah Gus Mus dalam Pengajian Akbar di Ponpes Nurul Madani, Salatiga) Part. 1

Advertisement


Oleh : @ Sofyan Mohammad **

MATALENSANEWS.com-Dalam dunia pendidikan pesantren di Indonesia yang mempelajari kitab Al Quran (ulumul qur'an) para santri tentu sudah mengenal berbagai kitab tentang tafsir Al Qur'an. Kitab Tafsir Jalallain adalah salah satu Kitab yang paling populer bagi kalangan santri sebab Kitab karya mufasirin Syeikh Jalalludin al-Mahalli dan Syeikh Jalaludin as-Shuyuti tersebut adalah salah satu Kitab yang diajarkan didalam pesantren bahkan masuk sebagai kurikulum di Madrasah Diniyah maupun kajian weton yang biasanya langsung dipandu oleh Kyai pengasuh selaku guru di dalam Pondok Pesantren. 


Kitab Tafsir Jallalain disusun oleh mufasirin yang notabenenya adalah guru dan murid tersebut hingga saat ini masih menjadi salah satu Kitab rujukan utama untuk menafsirkan Al Quran bagi kalangan santri. Selain Kitab Tafsir Jallalain maka bagi kalangan intelektual islam juga familiar dengan Kitab Tafsir Ibnu Katsir karya mufasirin Syeikh Ismail bin Katsir. Kedua Kitab tafsir tersebut adalah bagian tidak terpisahkan dalam study ulumul qur'an atau Ilmu al-Qur'an dan Tafsir di dunia pesantren maupun diperguruan Tinggi Islam, karenanya baik Syeikh Ismail bin Katsir maupun guru dan murid yaitu Syeikh Jalalludin al-Mahalli dan Syeikh Jalaludin as-Shuyuti adalah sedikit dari ulama mufasirin yang legendaris. 


Kyai Nusantara baik pada zaman sekarang maupun zaman dahulu tercatat telah memiliki beberapa Ulama yang terkenal sebagai ahli tafsir Al Qur'an. Pada era sekarang tercatat ada cendikiawan muslim sekaligus Ulama yaitu Prof. Dr. AG. KH. Muhammad Quraish Shihab, Lc., M.A (ayah Najwa Shihab- Jurnalis Talk Show Mata Najwa). Sebagai seorang yang sangat komplek dalam dunia akademis dan merupakan lulusan Universitas Al Azhar, Mesir beliau terkenal karena kemampuannya menerjemahkan pesan - pesan al-Qur'an dalam konteks kekinian dalam masa post modern. 


Sebagai ahli tafsir beliau cenderung menggunakan metode tafsir maudu’i (tematik), yaitu penafsiran dengan cara menghimpun sejumlah ayat al-Qur'an yang tersebar dalam berbagai surah yang membahas masalah yang relevan kemudian dijelaskan melalui pengertian yang menyeluruh dari ayat-ayat tersebut untuk selanjutnya ditarik kesimpulan sebagai jawaban terhadap masalah yang menjadi pokok bahasan. Metode ini dapat diungkapkan pendapat - pendapat al-Qur'an tentang berbagai masalah kehidupan, sekaligus dapat dijadikan bukti jika ayat al-Qur'an sejalan dengan perkembangan saint dan kemajuan peradaban masyarakat.


Selain Prof. Dr. AG. KH. Muhammad Quraish Shihab, Lc., M.A, maka pada saat ini seorang ulama nusantara ahli tafsir yang sangat populer dan sangat diminati masyarakat dalam kajianya secara online di sosmed adalah Gus Baha atau KH Ahmad Bahaudin Nursalim. Kealimannya sudah tidak diragukan lagi dan bahkan telah diakui oleh seluruh ulama Nusantara bahkan dunia untuk pembahasan tentang tafsir dan problem yang harus dipecahkan melalui ayat Qur'an. 



Berbeda dengan Prof. Dr. AG. KH. Muhammad Quraish Shihab, Lc., M.A yang merupakan cendikiawan akademis yang telah malang melintang didalam dunia akademis, maka Gus Baha hanyalah seorang lulusan Sekolah Dasar, hal ini diakuinya dalam satu pengajiannya yang direkam dan diunggah oleh kanal YouTube Nyantri Kiai pada 28 April 2020. Gus Baha sebagai seorang genuin santri tulen, yang berlatar belakang pendidikan non-formal dan non-gelar, namun beliau diberi keistimewaan untuk menjadi sebagai Ketua Tim Lajnah Mushaf Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, bersama bersama dengan para Profesor, Doktor dan ahli-ahli Al-Qur'an dari seluruh Indonesia. 


Gus Baha dianggap ulama yang keramat karena tingginya keilmuanya, namun justru terkenal pula karena ketawadluan dan kesederhananya. Gus Baha merupakan putra dari seorang ulama pakar Al-Qur’an selaku pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an LP3IA, Kiai Nursalim al-Hafizh, dari Narukan, Kragan, Rembang. Kiai Nursalim merupakan murid dari Kiai Arwani Kudus dan Kiai Abdullah Salam, Kajen, Mergoyoso, Pati. Gus Baha adalah santri kesayangan Syaikhina KH. Maimoen Zubair hingga dipercaya menjadi Rois Fathul Mu'in dan Ketua Ma'arif di jajaran kepengurusan Pesantren al-Anwar, Rembang. 


Pada zaman sebelumnya salah satu Ulama nusantara yang mumpuni dalam hal tafsir Al - Qur'an adalah KH. Bisri Mustafa yang terkenal sebagai penyusun Kitab Tafsir Al Ibriz yang merupakan Kitab tafsir Al Qur'an yang bergenre Nusantara sebab dalam Kitab ini penjelasan ayatnya menggunakan bahasa Jawa dengan aksara tulis Arab Pegon. KH Bisri Mustofa sendiri adalah Ulama yang lahir di Rembang, Jawa Tengah, menurut catatan wikipidia beliau lahir pada tahun 1915 dengan nama asli Mashadi putra dari H. Zainal Mustofa dan Aminah. Setelah menunaikan ibadah haji pada 1923, ia mengganti namanya menjadi “Bisri".


Menurut catatan dalam buku Mutiara Pesantren : Perjalanan Khidmah KH. Bisri Mustofa, karya Achmad Zainal Huda disebutkan sanad keilmuan KH. Bisri Mustofa adalah dari Pesantren Kasingan, Ponpes Tebu Ireng, Jombang (sebagai santri posonan/ pengajian pada bulan suci Ramadan) yang pada saat itu diasuh langsung oleh K.H. Hasyim Asy’ari, selanjutnya memperdalam ilmunya di Makkah pada 1936 kepada Kyai Bakir, Syekh Umar Khamdan al-Magribi, Syekh Maliki, Syekh Amin, Syekh Hasan Masysyath dan Kiai Abdul Muhaimin.


KH. Bisri Mustofa sebelum wafat pada 16 Februari 1977, beliau telah meninggalkan beberapa karya salah satu yang paling populer adalah Kitab Al Ibriz yang mana Kitab ini menggunakan metode tahlili atau metode penafsirkan al-Qur'an yang menjelaskan ayat atau surat dengan menguraikan apa yang dimaksud dari subtansi ayat dan surat tersebut. Dalam kitab ini juga merujuk atau mengambil referensi dari kitab tafsir muktabar seperti Tafsir Jalallain, Tafsir Baidlowi, Tafsir Khozin dan lain sebagainya. 


Dalam menguraikan maksud ayat demi ayat, kitab tersebut menggunakan istilah tanbih ketika menjelaskan nasikh mansukh. Menggunakan istilah faidah ketika menjelaskan asbabun nuzul, menggunakan istilah qishosh dan hikayat ketika menjelaskan hari akhir, kisah para nabi dan kisah umat terdahulu.  Dengan adannya penulisan tersebut menambah khasanah keilmuan nusantara dengan kearifan lokal yang begitu dalam dikemas dengan cara yang sangat estetik. 


Hampir setiap tahun pesantren pesantren Salaf Aswaja senantiasa melakukan khataman Kitab Al Ibriz seperti halnya di Pondok Pesantren Nurul Madani, Pulutan, Sidorejo, Kota Salatiga. Pada hari Senin 28 Febuari 2022 telah menggelar Pengajian Akbar dalam rangkaian satu diantaranya adalah

kataman kitab Al Ibriz. Pondok Pesantren yang di asuh oleh KH. Sonwasi Ridwan tersebut telah memasukan pelajaran kepada para santri tentang  Kitab Al Ibriz dengan harapan agar para santri mampu memahami akan nilai luhur tradisi dan kebudayaan lokal yang sesuai dengan ajaran Islam. KH. Sonwasi Ridwan yang juga merupakan Rois Syuriah PCNU Kota Salatiga dalam khataman Kitab Al - Ibriz itu mengundang KH. Mustofa Bisri pengasuh Pondok Pesantren Roudlatuth Tholibin, Rembang yang merupakan anak kandung pengarang Kitab tersebut. 


Pada pengajian tersebut Gus Mus panggilan akrab KH Ahmad Mustofa Bisri menyatakan "Kita ini orang Indonesia yang beragama Islam. Bukan orang Islam yang kebetulan tinggal di Indonesia. Jadi ya harus berkarakter dan bergama seperti orang Indonesia,", selanjutnya melalui dialek berbahasa Jawa Gus Mus paring dawuh "kita kedah syukur, ing atase adoh seko kampunge Njeng Nabi, sedulur yo dudu, prawakan yo adoh, Njeng Nabi Mancung, awake dewe pesen, kok di paringi iman, percoyo karo piwulange Nabi, sedangkan pamane wae jenenge abu Lahab, ora percoyo, pokoe nderek nderek wong pinter, ben ketularan sitik - sitik". Gus Mus juga menyampaikan pesan yaitu dalam situasi seperti sekarang yang bermunculan para ustadz dan pendakwah maka rekam jejak seseorang sangat penting pada saat ini. Kalau ada orang mengaku kiai atau ustaz, telusuri rekam jejaknya. Dia siapa, dari mana, mondoknya di mana, pesantrennya di mana, kiainya siapa dan lain-lain - sebab sekarang banyak kiai jadi-jadian,’’ katanya disambut senyum sempringah para jamaah yang berjubel di pelataran masjid. 


Gus Mus adalah alumnus dan penerima beasiswa dari Universitas Al Azhar Cairo (Mesir, 1964-1970) untuk studi islam dan bahasa arab ini, sebelumnya menempuh pendidikan di SR 6 tahun (Rembang, 1950-1956), Pesantren Lirboyo (kediri, 1956-1958), Pesantren Krapyak (Yogyakarta, 1958-1962), Pesantren Taman Pelajar Islam (Rembang, 1962-1964). Dalam pengajian tersebut dapat selaian khataman Kitab Tafsir Al Ibriyz maka sekaligus Haul Masyayikh NU, Harlah NU 96 dan peringatan Isro' Mi'roj sehingga Gus Mus menyampaikan tausiyah panjang lebar terkait muatan yang termuat dalam Kitab tafsir Al Ibriz yang terhubung dalam pemahaman kearifan lokal dan kontribusi NU dalam visi keumatan dan kebangsaan. 


Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin sangat menjaga hubungan baik sesama manusia (hablum minannas) di tengah-tengah kehidupan umatnya agar terjaga persatuan dan persaudaraan yang harmonis. Indonesia memiliki ribuan pulau dengan berbagai etnik tidak dapat disangkal juga memilki kearifan lokal yang beragam. Kearifan lokal merupakan bagian dari budaya suatu masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari bahasa masyarakat itu sendiri, karena kearifan lokal ini menjadi satu kesatuan dengan masyarakat setempat. Masyarakat disetiap daerah pun memiliki kearifan lokal yang berbeda-beda, tergantung dengan kultur dan kebiasaan masayarakatnya tersendiri. Kearifan adalah kebenaran yang bersifat universal sehingga jika ditambahkan dengan kata lokal maka bisa mereduksi pengertian kearifan itu sendiri. Setiap kali kita berbicara tentang kearifan maka setiap itu pula kita berbicara tentang kebenaran dan nilai-nilai universal. Menentang kearifan lokal berarti menolak kebenaran universal.


Kebenaran universal itu sesungguhnya akumulasi dari nilai-nilai kebenaran lokal. Tidak ada kebenaran universal tanpa kearifan lokal. Jadi tidak tepat memperhadap-hadapkan antara kearifan lokal dan kebenaran universal dengan mempelajari Al Qur'an secara tepat melalui ulama yang berkompeten dibidangnya maka menjalani ajaran Agama Islam adalah sesuatu yang menyenangkan sekaligus menentramkan. Kitab tafsir Al Ibriz adalah salah satu Kitab tafsir yang mampu membuka cakrawala optik pemahaman yang tepat untuk mengetahui korelasi antara ajaran Islam dengan kearifan lokal Jawa - Nusantara. 


Dengan memahami kearifan lokal sebagai sebuah keluhuran yang relevan dengan ajaran Islam maka pada kenyataannya NU telah menginisiasi pendidikan toleransi yang lebih substantif dengan mengubah redaksi kafir atau para pemeluk agama di luar Islam menjadi non-muslim dalam pengajaran materi keislaman di pesantren. Beberapa pesantren yang berafiliasi dengan NU, seperti Pondok Pesantren Nurul Madani, Pulutan, Salatiga yang diasuh oleh KH. Sonwasi Ridwan juga menerapkan pendidikan toleransi yang integratif dengan program pembelajaran pesantren, salah satunya pelajaran tentang Kitab Al Ibriz. Pengkajian di Ponpes ini tentang konsep toleransi dalam Islam dengan mendasarkan pada referensi matan (tulisan singkat tentang rangkuman hukum Islam), syarah (penjelasan atas matan) dan hasyiyah (penjelasan atas syarah).


KH. Sonwasi Ridwan, BA selaku pengasuh Ponpes Nurul Madani yang sekaligus sebagai Rois Syuriah PCNU Kota Salatiga dalam kesempatan itu menyampaikan relevansi antara konten Kitab Al Ibriz dengan Harlah NU adalah sangat tepat mengingat pada saat ini usia NU sudah 96 tahun sehingga menjelang satu abad tentu banyak tantangan yang harus dijalani NU dalam rangka menjaga marwah kebangsaan dan keumatan. Lebih lanjut Gus Mus dalam tausiyahnya juga memaparkan NU sebagai Ormas terbesar berkesempatan untuk mempelopori upaya reformasi Islam secara masif ditengah masyarakat muslim dunia. Hal ini sebagaimana slogan NU menjelang satu abad membangun kemandirian untuk perdamaian dunia. 


Dengan mengkaji Kitab Al Ibriz merupakan upaya kongkrit untuk mendapatkan pengetahuan tentang toleransi secara subtantif. Jika kemudian NU bisa mengimplementasikan wacana toleransi secara subtantif hingga menjadi sikap yang waf of life secara kolektif dan berkesinambungan maka NU berpeluang besar untuk mendapatkan Nobel Perdamaian dunia. 


Semoga Allah SWT meridloi


------------------------------------------------------------------------------------

Pengajian Akbar siang itu berlangsung di serambi Masjid Asy Sarqowy Pulutan, Sidorejo Kota Salatiga yang dihadiri oleh ribuan jamaah nahdliyin - nahdliyat. Tratak yang dihias dengan kain putih yang berdiri dihalaman Masjid telah penuh sesak para jamaah. Dipanggung utama duduk para masyayikh PCNU Kota Salatiga. Di sepanjang jalan area masjid juga menyemut para jamaah yang duduk dipinggir sungai atau tepi jalan. Siang itu cuaca hanya mendung saja rintik hujan tidak jatuh dari langit sampai acara selesai. Sehingga meski saling berjubel namun para jamaah nampak tidak kegerahan. 


Pengajian berlangsung secara tertib dan aman meski saling berjubel namun protokol kesehatan tetap diterapkan. Panitia menyediakan masker, disinfektan maupun termogan untuk ek suhu yang menyortir para jamaah menuju pintu area pengajian.Pengajian siang itu adalah pengajian yang dapat mencerahkan umat di tengah situasi pendemi yang belum juga usai, di tengah kehidupan umat beragama yang masih belum ideal untuk hidup secara harmoni dalam sikap toleransi secara way of life maupun ditengah kehidupan berbangsa dan bernegara yang belum sepenuhnya tercipta kesejahteraan masyarakat. Namun demikian pengajian akbar siang itu semoga menjadi salah satu wasilah silaturahmi antar umat yang penuh mabruk. 


------------------------------------------------------------------------------------

** Esai ditulis dengan merangkum materi Pengajian Akbar dalam rangka Khotaman Kitab Al Ibriz, Haul Masyayikh NU, Harlah NU dan peringatan Isro' Mi'roj yang diselenggarakan oleh Ponpes Nurul Madani, Pulutan, Sidorejo Salatiga. Acara berlangsung di halaman Masjid Asy Sarqowi dengan menghadirkan penceramah KH. Mustofa Bisri (Gus Mus) pada hari Senin, 28 Febuari 2022.


--------------------------------------------------------------------------------

** Penulis adalah jamaah yang ikut menghadiri pengajian tersebut berkesempatan duduk ditepian sungai pulutan yang mengalir di samping masjid Asy Sarqowi. 


------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

1/3/22

Semoga bermanfaat. 

Salam ngaji....