Gambar : ilustrasi
MATALENSANEWS.com-(Proses hukum ke pengadilan bagi Pelaku Pembelaan terpaksa (đđ¤đ¤đđŦđđđ§) adalah untuk đēđ˛đēđŊđ˛đŋđŧđšđ˛đĩ đ¸đ˛đŊđŽđđđļđŽđģ đĩđđ¸đđē bagi tersangka dan masyarakat, juga dimaksudkan untuk đēđ˛đģđ´đĩđļđģđąđŽđŋđļ đŽđąđŽđģđđŽ đŊđ˛đģđđŽđšđŽđĩđ´đđģđŽđŽđģ đŽđšđŽđđŽđģ đŖđ˛đēđ¯đ˛đšđŽđŽđģ đđ˛đŋđŊđŽđ¸đđŽ (đđ¤đ¤đđŦđđđ§).
Banyak orang yang berpendapat bahwa đŧđŋđŽđģđ´ đđŽđģđ´ đēđ˛đšđŽđ¸đđ¸đŽđģ đđļđģđąđŽđ¸ đŊđļđąđŽđģđŽ đ¸đŽđŋđ˛đģđŽ đŖđ˛đēđ¯đ˛đšđŽđŽđģ đđ˛đŋđŊđŽđ¸đđŽ đđļđąđŽđ¸ đ¯đŧđšđ˛đĩ đąđļđˇđŽđąđļđ¸đŽđģ đđ˛đŋđđŽđģđ´đ¸đŽ đŽđđŽđ đąđ˛đģđ´đŽđģ đ¸đŽđđŽ đšđŽđļđģ đđļđąđŽđ¸ đ¯đŧđšđ˛đĩ đąđļđŊđŋđŧđđ˛đ đĩđđ¸đđē.
đđŽđ´đŽđļđēđŽđģđŽ đđ˛đ¯đ˛đģđŽđŋđģđđŽ đŊđ˛đģđ´đŽđđđŋđŽđģ đđđ¸đđē đŖđļđąđŽđģđŽ đąđŽđšđŽđē đĩđŽđš đđ˛đđ˛đŧđŋđŽđģđ´ đēđ˛đšđŽđ¸đđ¸đŽđģ đđļđģđąđŽđ¸ đŊđļđąđŽđģđŽ đ¸đŽđŋđ˛đģđŽ đēđ˛đēđ¯đ˛đšđŽ đąđļđŋđļ ?
Dalam Hukum Pidana dikenal đđšđŽđđŽđģ đđŽđģđ´ đēđ˛đģđ´đĩđŽđŊđđđ¸đŽđģ atau đēđ˛đģđ´đ´đđ´đđŋđ¸đŽđģ đŖđ˛đģđđģđđđđŽđģ (đđđ§đĢđđĄđĢđđŖ đ§đđđđŠ đŠđ¤đŠ đ¨đŠđ§đđđĢđ¤đ§đđđ§đđŖđ) dan đŽđšđŽđđŽđģ đđŽđģđ´ đēđ˛đģđ´đĩđŽđŊđđđ¸đŽđģ đŊđ˛đēđļđąđŽđģđŽđŽđģ atau đēđ˛đģđ´đĩđŽđŊđđđ¸đŽđģ đĩđđ¸đđēđŽđģ (đđŠđ§đđđĒđđŠđ¨đĄđĒđđŠđđŖđđ¨đđ§đ¤đŖđđđŖ).
Alasan yang menghapuskan penuntutan baik yang terdapat dalam KUHP maupun di luar KUHP, antara lain : - đđĻđŖđĒđ´ đĒđ¯ đĒđĨđĻđŽ (Pasal 76 KUHP) yakni dalam hal suatu perkara yang telah mendapatkan putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap, tidak boleh lagi diperkarakan dua kali. - Pelaku meninggal dunia (Pasal 77 KUHP). - Daluwasa Penuntutan (Pasal 78 KUHP), -Telah ada pembayaran denda maksimum untuk pelanggaran yang hanya diancam dengan pidana denda (Pasal 82 KUHP), -Telah dilakukan Perkara diselesaikan secara restoratif justice : diversi (UU.No.11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Anak). Peraturan Kapolri No. 6 Tahun 2019 Tentang Penyidikan Tindak Pidana, Peraturan Kejaksaan No.15 tahun 2020 Tentang Penghentian Penuntutan berdasarkan keadilan restoratif. - Mendapat Abolisi dari Presiden, - Mendapat Amnesti dari Presiden.
Sedangkan alasan yang menghapuskan pemidanaan (Hukuman) antara lain : - Ketidakmampuan bertanggung jawab (đ¤đŖđŠđ¤đđ§đđ đđŖđđŖđđ¨đĢđđŠđđđđ§đđđđ) Pasal 44 KUHP misalnya orang gila, - Adanya daya paksa (đ¤đĢđđ§đĸđđđđŠ) baik daya paksa absolut, daya paksa relatif maupun terdapat keadaan darurat (Pasal 48 KUHP),- đŖđ˛đēđ¯đ˛đšđŽđŽđģ đąđŽđŋđđŋđŽđ atau đŊđ˛đēđ¯đ˛đšđŽđŽđģ đđ˛đŋđŊđŽđ¸đđŽ (đđ¤đ¤đđŦđđđ§) dalam Pasal 49 (1) KUHP, - đŖđ˛đēđ¯đ˛đšđŽđŽđģ đąđŽđŋđđŋđŽđ đŽđđŽđ đŊđ˛đēđ¯đ˛đšđŽđŽđģ đđ˛đŋđŊđŽđ¸đđŽ đđŽđģđ´ đēđ˛đšđŽđēđŊđŽđđļ đ¯đŽđđŽđ (đđ¤đ¤đđŦđđđ§đđđđđ¨) dalam Pasal 49 (2) KUHP. - Melaksanakan Perintah Undang-Undang (Pasal 50 KUHP), - Melaksanakan Perintah Jabatan (Pasal 51 KUHP) dan beberapa alasan yang menghapuskan pemidanaan lainnya yang secara khusus disebutkan dalam Pasal tindak pidana yang bersangkutan. - Diluar KUHP antara lain mendapat Grasi.
Begitu terdapat alasan yang menghentikan penuntutan (đđđ§đĢđđĄđĢđđŖ đ§đđđđŠ đŠđ¤đŠ đ¨đŠđ§đđđĢđ¤đ§đđđ§đđŖđ), maka pada saat itu juga negara tidak bisa melakukan penuntutan. Dengan kata lain negara kehilangan hak menuntutnya.
Akan tetapi dalam hal terdapat alasan yang menghapuskan pemidanaan (đđŠđ§đđđĒđđŠđ¨đĄđĒđđŠđđŖđđ¨đđ§đ¤đŖđđđŖ), maka negara tetap memiliki hak untuk menuntut dalam arti pelaku tindak pidana tetap diproses ke pengadilan.
Oleh karena pembelaan darurat atau Pembelaaan terpaksa (đđ¤đ¤đđŦđđđ§) merupakan alasan yang menghapuskan pemidanaan (đ¯đđ¸đŽđģ đŽđšđŽđđŽđģ đđŽđģđ´ đēđ˛đģđ´đĩđŽđŊđđđ¸đŽđģ đŊđ˛đģđđģđđđđŽđģ), maka orang yang melakukan pembelaan terpaksa atau pembelaan darurat (đđ¤đ¤đđŦđđđ§) tetap diproses hukum.
Di pengadilan akan dibuktikan apakah pembelaan terpaksa yang dilakukan itu memenuhi syarat atau tidak menurut hukum pidana. Jika memenuhi syarat pembelaan terpaksa (đđ¤đ¤đđŦđđđ§), maka putusan pengadilan menyatakan bahwa sifat melawan hukum perbuatannya hapus, karena adanya ketentuan undang-undang atau hukum yang membenarkan perbuatannya atau yang memaafkan terdakwa dalam hal Pembelaan yang melampaui batas (đđ¤đ¤đđŦđđđ§đđđđđ¨).
Syarat Pembelaan terpaksa terpenuhi sehingga tidak dapat dipidana. Akan tetapi jika syarat pemebelaan terpaksa (đđ¤đ¤đđŦđđđ§) tidak terpenuhi maka orang yang melakukan pembelaan terpaksa tersebut tetap dipidana sesuai Tindak Pidana yang dilakukannya.
Menurut saya meskipun orang melakukan pembelaan terpaksa itu diproses hukum, namun Para penegak hukum tetap mengedepankan Asas Praduga tak bersalah. Proses hukum ke pengadilan adalah untuk đēđ˛đēđŊđ˛đŋđŧđšđ˛đĩ đ¸đ˛đŊđŽđđđļđŽđģ đĩđđ¸đđē bagi tersangka dan masyarakat, juga dimaksudkan untuk đēđ˛đģđ´đĩđļđģđąđŽđŋđļ đŽđąđŽđģđđŽ đŊđ˛đģđđŽđšđŽđĩđ´đđģđŽđŽđģ. đŽđšđŽđđŽđģ đŖđ˛đēđ¯đ˛đšđŽđŽđģ đđ˛đŋđŊđŽđ¸đđŽ (đđ¤đ¤đđŦđđđ§).
đđđđđđ đđđđđđđđđ đđđđđđđđ
Sebelum membahas tentang syarat pembelaan terpaksa, maka terlebih dahulu Saya jelaskan apa sebenarnya yang dimaksud dengan Pembelaan terpaksa.
Pembelaan terpaksa atau pembelaan darurat dalam hukum pidana dikenal dengan Istilah đđ¤đ¤đđŦđđđ§.
Istilah đđ¤đ¤đđŦđđđ§ terdiri atas kata “đđ¤đ¤đ” yang berarti “đđŽđŋđđŋđŽđ”, dan kata “đŦđđđ§” berarti “đŖđ˛đēđ¯đ˛đšđŽđŽđģ”. Jadi secara harafiah perkataan “đđ¤đ¤đđŦđđđ§” itu dapat diartikan sebagai “đŖđ˛đēđ¯đ˛đšđŽđŽđģ đđŽđģđ´ đąđļđšđŽđ¸đđ¸đŽđģ đąđŽđšđŽđē đ¸đ˛đŽđąđŽđŽđģ đąđŽđŋđđŋđŽđ”.
đđ¤đ¤đđŦđđđ§ sebenarnya merupakan sebuah perkataan yang telah dipergunakan untuk menyebut lembaga pembelaan yang perlu dilakukan terhadap serangan yang bersifat seketika dan yang bersifat melawan hukum, yang dalam ilmu pengetahuan hukum pidana disebut juga dengan istilah đđ¤đŠđŦđđđ§, đđđđđŠđđĸ đđđđđŖđ¨đ, atau đđđđđŠđĢđđ§đđđđđđđŖđ ataupun đđ¤đđđ§đđĸđđŖ đđŖđđĒđĄđĨđđŠđđ đđĒđŠđđĄđđ.
đĻđŽđđŧđ°đĩđļđą đđŽđŋđđŽđģđ˛đ´đŽđŋđŽ (tt:434), memberikan pengertian alasan atau dasar yang menghapuskan pemidanaan (đđŠđ§đđđĒđđŠđ¨đĄđĒđđŠđđŖđđ¨đđ§đ¤đŖđđđŖ) yaitu hal-hal atau keadaan yang dapat mengakibatkan bahwa seseorang yang telah melakukan sesuatu perbuatan yang dengan tegas dilarang dan diancam dengan hukuman oleh undang-undang (jadi perbuatan yang berupa tindak pidana) tidak dapat dihukum. Salah satunya adalah Pembelaan terpaksa (đđ¤đ¤đđŦđđđ§).
Ketentuan yang mengatur mengenai pembelaan terpaksa atau pembelaan darurat (đđ¤đ¤đđŦđđđ§) dapat dijumpai dalam Pasal 49 (1) KUHP sebagai berikut:
“đđŽđŋđŽđģđ´đđļđŽđŊđŽ đēđ˛đšđŽđ¸đđ¸đŽđģ đŊđ˛đŋđ¯đđŽđđŽđģ đđŽđģđ´ đđ˛đŋđŊđŽđ¸đđŽ đąđļđšđŽđ¸đđ¸đŽđģ đđģđđđ¸ đēđ˛đēđŊđ˛đŋđđŽđĩđŽđģđ¸đŽđģ đąđļđŋđļđģđđŽ đŽđđŽđ đąđļđŋđļ đŧđŋđŽđģđ´ đšđŽđļđģ, đēđ˛đēđŊđ˛đŋđđŽđĩđŽđģđ¸đŽđģ đ¸đ˛đĩđŧđŋđēđŽđđŽđģ đŽđđŽđ đĩđŽđŋđđŽ đ¯đ˛đģđąđŽ đđ˛đģđąđļđŋđļ đŽđđŽđ đ¸đ˛đŊđđģđđŽđŽđģ đŧđŋđŽđģđ´ đšđŽđļđģ, đąđŽđŋđļ đŊđŽđąđŽ đđ˛đŋđŽđģđ´đŽđģ đđŽđģđ´ đēđ˛đšđŽđđŽđģ đĩđŽđ¸ đŽđđŽđ đēđ˛đģđ´đŽđģđ°đŽđē đąđ˛đģđ´đŽđģ đđ˛đ´đ˛đŋđŽ đŊđŽđąđŽ đđŽđŽđ đļđđ đˇđđ´đŽ, đđļđąđŽđ¸ đ¯đŧđšđ˛đĩ đąđļđĩđđ¸đđē (đĨ. đĻđŧđ˛đđļđšđŧ, 1995).”
Pembelaan yang bisa dilakukan menurut Pasal 49 (1) KUHP adalah adanya (1) Serangan yang bersifat melawan hukum yang bersifat seketika terhadap diri sendiri atau orang lain, (2) Kehormatan diri sendiri atau kehormatan orang lain, dan (3) Terhadap harta benda sendiri atau harta benda orang lain.
Syarat đđ¤đ¤đđŦđđđ§ itu adalah: Syarat yang harus dipenuhi “đđ˛đŋđŽđģđ´đŽđģđģđđŽ”
Syarat yang harus dipenuhi “đŖđ˛đēđ¯đ˛đšđŽđŽđģđģđđŽ”
đ. đĻđđŽđŋđŽđ đĻđ˛đŋđŽđģđ´đŽđģ
Serangan yang datang itu đĩđŽđŋđđ đ¯đ˛đŋđđļđŗđŽđ đēđ˛đšđŽđđŽđģ đĩđđ¸đđē (đđđđđ§đ§đđđđŠđđĄđđđ ).
Menurut Pompe bahwa perkataan melawan hukum (đđđđđ§đ§đđđđŠđđĄđđđ ) dalam Pasal 49 (1) KUHP itu harus diartikan sebagai “đ¯đ˛đŋđđ˛đģđđŽđģđ´đŽđģ đąđ˛đģđ´đŽđģ đĩđđ¸đđē” yang mempunyai arti lebih luas dari pada sekadar “bertentangan dengan undang-undang”. Sehingga disamping peraturan perundang-undangan juga termasuk pengertiannya peraturan-peraturan yang tidak tertulis.
Serangan itu đĩđŽđŋđđ đēđ˛đģđąđŽđđŽđģđ´đ¸đŽđģ đ¯đŽđĩđŽđđŽ đđŽđģđ´ đēđ˛đģđ´đŽđģđ°đŽđē đđ˛đ°đŽđŋđŽ đšđŽđģđ´đđđģđ´ đđ˛đŋđĩđŽđąđŽđŊ đđđ¯đđĩ (đđđđ), đđ˛đĩđŧđŋđēđŽđđŽđģ (đđđ§đđđđ§đđđđ) atau đĩđŽđŋđđŽ đ¯đ˛đģđąđŽ (đđ¤đđ).
Syarat ini meliputi tubuh diri sendiri atau orang lain, kehormatan diri sendiri atau kehormatan orang lain dan Harta benda sendiri atau harta benda kepunyaan orang lain.
Pengertian tubuh disini adalah badan seutuhnya dan juga berkenaan dengan nyawa termasuk masalah tidak terganggunya kebebasan untuk bergerak.
Kehormatan dalam Pasal 49 (1) KUHP ini tidak seluas pengertian kehormatan secara umum yang juga meliputi nama baik. Kehormatan di sini hanyalah khusus menyangkut đ¸đ˛đĩđŧđŋđēđŽđđŽđģ đ¸đ˛đđđđļđšđŽđŽđģ yakni “đ¸đ˛đēđŽđšđđŽđģ đēđ˛đģđđŋđđ đ¸đ˛đšđŽđēđļđģ”. Dengan demikian orang yang dihina tidak boleh melakukan pembelaan terpaksa (đđ¤đ¤đđŦđđđ§).
Pengertian harta benda dalam Pasal 49 (1) KUHP, adalah benda yang berwujud. Termasuk dalam perkembangan pengertian benda adalah strom listrik, gas, data computer dan pulsa.
đĻđ˛đŋđŽđģđ´đŽđģ đļđđ đ¯đ˛đŋđđļđŗđŽđ đđ˛đ¸đ˛đđļđ¸đŽ
Serangan harus bersifat seketika atau istilah lain sekonyong-konyong atau tiba-tiba. Dalam penjelasan đĸđđĸđ¤đ§đđ đĢđđŖ đŠđ¤đđĄđđđđŠđđŖđ bahwa tidak terdapat noodweer tanpa adanya suatu bahaya yangt bersifat seketika bagi tubuh (sendiri atau orang lain), kehormatan (sendiri atau orang lain) atau benda kepunyaan sendiri atau kepunyaan orang lain.
Itulah sebabnya mengapa pembelaan terpaksa (đđ¤đ¤đđŦđđđ§) itu dibenarkan utuk dilakukan karena adanya serangan yang tiba-tiba dan tidak dapat diharapkan perlindungan dari aparat Negara (Kepolisian).
Menurut đđŽđģ đđŽđđđđē (đđŽđēđļđģđđŽđģđ´,1984:446), bahwa perbuatan yang telah dilakukan dalam suatu pembelaan terpaksa (đđ¤đ¤đđŦđđđ§) itu tidaklah bersifat melawan hukum. Perbuatan yang dilakukan dalam pembelaan terpaksa itu dapat disamakan dengan “đŖđ˛đŋđ¯đđŽđđŽđģ đēđŽđļđģ đĩđŽđ¸đļđē đđ˛đģđąđļđŋđļ đđŽđģđ´ đąđļđđŽđĩđ¸đŽđģ đąđ˛đģđ´đŽđģ đđģđąđŽđģđ´-đđģđąđŽđģđ´”. Perbuatan tersebut terpaksa disahkan oleh karena Negara telah tidak mampu untuk memenuhi kewajibannya yaitu untuk menjamin keselamatan warga negaranya pada saat terjadi suatu serangan (tiba-tiba).
đđģđąđļ đđŽđļđģđŽđš đđ¯đļđąđļđģ (2010:200) mengatakan bahwa oLeh karena adanya syarat bahwa serangan itu “đđŽđŋđđ đđ˛đ¸đ˛đđļđ¸đŽ đļđđ đˇđđ´đŽ đēđ˛đģđ´đŽđģđ°đŽđē”, maka pembelaan terpaksa (đđ¤đ¤đđŦđđđ§) tidak boleh dilakukan dalam hal : “Serangan yang mengancam itu akan terjadi dikemudian hari atau Serangan itu telah selesai.
Apabila serangan telah selesai, maka tidak boleh melakukan pembelaan terpaksa. Contoh Putusan đđ¤đđ đđđđ tanggal 22 Nopember 1949. “Tertuduh (terdakwa) telah melepaskan tiga kali tembakan yang menyebabkan orang tersebut jatuh tergeletak di atas tanah sambil mengerang-ngerang. Tujuh menit kemudian orang tersebut telah berusaha untuk bangkit dan (terdakwa) telah kembali melepaskan sebuah tembakan yang menyebabkan orang tersebut meninggal dunia. Pada tembakan yang terakhir itu sudah tidak terdapat đđ¤đ¤đđŦđđđ§ atau đđ¤đ¤đđŦđđđ§đđđđđ¨, oleh karena serangan itu telah lama berakhir.
Ketika si Penyerang telah bersujud minta ampun tak berdaya, maka tidak ada lagi đđ¤đ¤đđŦđđđ§.
Bagaimana dalam kasus pencurian? Selama barang yang dicuri itu masih berada dalam tangan pencuri, maka dianggap serangan masih berlangsung sehingga masih dapat dilakukan pembelaan terpaksa (đđ¤đ¤đđŦđđđ§).
đ. đđ˛đđĢđđ đđđĻđđđĨđđđ§
Syarat pertama dari pembelaan adalah : đŖđ˛đēđ¯đ˛đšđŽđŽđģ đļđđ đĩđŽđŋđđ đ¯đ˛đŋđđļđŗđŽđ đŊđ˛đŋđšđ (đŖđ¤đ¤đđ¯đđ đđĄđđđ đ).
đĻđŽđđŧđ°đĩđļđą đđŽđŋđđŽđģđ˛đ´đŽđŋđŽ (tt:467) menggunakan istilah đŊđ˛đēđ¯đ˛đšđŽđŽđģ đđŽđģđ´ đđ˛đŋđŊđŽđ¸đđŽ (đŖđ¤đ¤đđ¯đđ đđĄđđđ đ đĢđđ§đđ¤đđđđđŖđ). Yaitu “đŽđŊđŽđ¯đļđšđŽ đđļđąđŽđ¸ đŽđąđŽ đˇđŽđšđŽđģ đšđŽđļđģ đđŽđģđ´ đēđ˛đēđđģđ´đ¸đļđģđ¸đŽđģ đđģđđđ¸ đēđ˛đģđ´đĩđļđąđŽđŋđ¸đŽđģ đđ˛đđđŽđđ đđ˛đŋđŽđģđ´đŽđģ”. Artinya bahwa đŽđŊđŽđ¯đļđšđŽ đēđŽđđļđĩ đđ˛đŋđąđŽđŊđŽđ đ¸đ˛đēđđģđ´đ¸đļđģđŽđģ đđģđđđ¸ đ¯đ˛đŋđ¯đđŽđ đšđŽđļđģ đ´đđģđŽ đēđ˛đģđ´đĩđļđģđąđŽđŋđ¸đŽđģ đđ˛đŋđŽđģđ´đŽđģ, đąđŽđšđŽđē đĩđŽđš đļđđ đŊđ˛đēđ¯đ˛đšđŽđŽđģ đđŽđģđ´ đąđļđšđŽđ¸đđ¸đŽđģ đđļđąđŽđ¸ đąđļđ¸đŽđđŽđ¸đŽđģ đđ˛đŋđŊđŽđ¸đđŽ (đŖđ¤đ¤đđ¯đđ đđĄđđ đ). Rumusan itu juga berarti bahwa đŽđŊđŽđ¯đļđšđŽ đđ˛đŋđąđŽđŊđŽđ đˇđŽđšđŽđģ đšđŽđļđģ đđŽđģđ´ đšđ˛đ¯đļđĩ đŋđļđģđ´đŽđģ đąđŽđŋđļ đŊđŽđąđŽ đˇđŽđšđŽđģ đđŽđģđ´ đąđļđđ˛đēđŊđđĩđģđđŽ (đđŽđļđđ đŊđ˛đēđ¯đ˛đšđŽđŽđģ), đēđŽđ¸đŽ đˇđŽđšđŽđģ đđŽđģđ´ đąđļđđ˛đēđŊđđĩ đļđđ đ¯đđ¸đŽđģđšđŽđĩ đŊđ˛đēđ¯đ˛đšđŽđŽđģ đđ˛đŋđŊđŽđ¸đđŽ (đđ¤đ¤đđŦđđđ§). Dalam kaitan ini, yang dipergunakan sebagai dasar untuk menentukan apakah sesuatu pembelaan itu terpaksa atau tidak, maka dipergunakan đđđŽđ đĻđđ¯đđļđąđļđŽđŋđļđđŽđ.
Sebagi contoh: A hendak memukul B dengan tongkat.
Dalam hal ini B menghadapi serangan dari A yang melawan hukum dan mengancam langsung. Pembelaan yang dapat dilakukan oleh B adalah bermacam-macam. B dapat menembak A. akan tetapi apabila B masih dapat memukul A untuk menghindarkan diri dari serangan A, maka pembelaan yang dilakukan oleh B dengan cara menembak bukanlah pembelaan terpaksa (đđ¤đ¤đđŦđđđ§).
Syarat kedua dari Pembelaan adalah “Tindakan yang dapat dibenarkan oleh suatu pembelaan seperlunya”.
Syarat ini menentukan bahwa dalam melakukan pembelaan, maka Tidak boleh dilakukan dengan cara berlebihan. Kita harus memperhatikan đđđŽđ đŖđŋđŧđŊđŧđŋđđļđŧđģđŽđšđļđđŽđ ataupun đđđŽđ đĻđđ¯đđļđąđļđŽđŋđļđđŽđ.
đđđŽđ đŖđŋđŧđŊđŧđŋđđļđŧđģđŽđšđļđđŽđ menentukan bahwa harus ada keseimbangan antara kepentingan hukum yang dilindungi dengan kepentingan hukum yang dilanggar. đĻđŽđđŧđ°đĩđļđą đđŽđŋđđŽđģđ˛đ´đŽđŋđŽ (tt: 470) menuliskan đđĢđđ§đđđđđđđđ đđđđđŖđ¨đđĄ (đđđŽđ đ¸đ˛đđ˛đļđēđ¯đŽđģđ´đŽđģ) harus ada keseimbangan anatara kepentingan hukum yang dibela dengan kepentingan hukum yang dilanggar.
đđđŽđ đĻđđ¯đđļđąđļđŽđŋđļđđŽđ. menentukan bahwa jika ada cara perlawanan yang kurang membahayakan, orang yang diserang tidak boleh memilih cara yang lebih berat dan mengakibatkan kerugian yang lebih besar pada si penyerang. Sudah tentu maksud pembuat undang-undang ialah untuk menentukan bahwa kepentingan yang dilanggar oleh si pembela tidak boleh lebih besar dari pada kepentingan yang dibelanya. Seorang pencuri buah mangga tidak boleh ditebas kakinya dengan sebilah parang apalagi menembaknya.
Jika yang diserang adalah badan (termasuk nyawa) dengan menggunakan celurit, maka masih seimbang apabila pembelaan dilakukan dengan jalan membacok juga. Tetapi misalnya seorang pencuri hand phone yang sudah tidak bersenjata membawa lari hand phone curiannya itu senilai dua juta rupiah, dapatkah dilakukan pembelaan dengan jalan membacok celurit badan si pencuri ????? ataukah cukup dengan memukul dengan tinju dan menjatuhkannya dari motornya ???? jawabnya đđđŽđ đĻđđ¯đđļđąđļđŽđŋđļđđŽđ. dan đđđŽđ đŖđŋđŧđŊđŧđŋđđļđŧđģđŽđšđļđđŽđ atau đđđŽđ đ¸đ˛đđ˛đļđēđ¯đŽđģđ´đŽđģ (đđĢđđ§đđđđđđđđ đđđđđŖđ¨đđĄ ). Menurut saya membacok pencuri yang tidak bersenjata sudah melampaui batas pembelaan.
đđđĨđŽ đđđ đđĸđĻđđ§đ đŖđĸđ¤đ đŠđđĻđđđĨđđđ§ đ˛đđ§đ đđĸđĨđđ¤đŽđ¤đđ§ đĻđđĨđđĻđŠđđŽđĸ đđđđđŦ ?
Menurut Pasal 49 ayat (2) KUHP, Melampaui batas pembelaan yang sangat perlu, jika perbuatan itu secara tiba-tiba dilakukan karena adanya đ´đŧđģđ°đŽđģđ´đŽđģ đˇđļđđŽ đđŽđģđ´ đąđŽđĩđđđŽđ saat itu juga, tidak boleh dipidana.
Syarat tambahan pembelaan yang melampaui batas (đđ¤đ¤đđŦđđđ§đđđđđ¨) adalah disamping adanya đđđŽđŋđŽđ đđ˛đŋđŽđģđ´đŽđģ sebagaimana dalam pembelaan terpaksa, juga syarat adanya đ´đŧđģđ°đŽđģđ´đŽđģ đˇđļđđŽ đđŽđģđ´ đąđŽđĩđđđŽđ yang merupakan đŽđ¸đļđ¯đŽđ đšđŽđģđ´đđđģđ´ đąđŽđŋđļ đđ˛đŋđŽđģđ´đŽđģ.
Semula Pembuat undang-undang menafsirkan goncangan jiwa yang dahsyat sebagai đŊđ˛đŋđŽđđŽđŽđģ đđŽđ¸đđ, đ¸đĩđŽđđŽđđļđŋ atau đ¯đļđģđ´đđģđ´ (đĢđ§đđđ¨, đđŖđđ¨đŠ đ¤đ đ§đđđđĄđ¤đ¤đ¨đđđđ), tetapi dalam perkembangannya kini đŽđēđŽđŋđŽđĩ dan đ¸đ˛đēđđŋđ¸đŽđŽđģ (đŠđ¤đ¤đ§đŖ đđŖ đđ§đđđŠ) sudah termasuk dalam pengertian goncangan jiwa yang dahsyat.
Dalam pembelaan terpaksa yang melampaui batas (đđ¤đ¤đđŦđđđ§đđđđđ¨), đđđŽđ đŖđŋđŧđŊđŧđŋđđļđŧđģđŽđšđļđđŽđ ataupun đđđŽđ đĻđđ¯đđļđąđļđŽđŋđļđđŽđ menjadi longgar. Kerugian akibat pembelaan lebih besar dari pada kerugian akibat serangan.
Semoga bermanfaat.