đ—ĸđ—Ĩ𝗔𝗡𝗚 đ—Ŧ𝗔𝗡𝗚 𝗠𝗘𝗟𝗔𝗞𝗨𝗞𝗔𝗡 𝗧𝗜𝗡𝗗𝗔𝗞 đ—Ŗđ—œđ——đ—”đ—Ąđ—” 𝗞𝗔đ—Ĩ𝗘𝗡𝗔 đ—Ŗđ—˜đ— đ—•đ—˜đ—Ÿđ—”đ—”đ—Ą 𝗧𝗘đ—Ĩđ—Ŗđ—”đ—žđ—Ļ𝗔 𝐓𝐄𝐓𝐀𝐏 𝐃𝐈𝐏𝐑𝐎𝐒𝐄𝐒 𝐇𝐔𝐊𝐔𝐌 𝐓𝐄𝐓𝐀𝐏𝐈 𝐓𝐈𝐃𝐀𝐊 𝐁𝐎𝐋𝐄𝐇 𝐃𝐈𝐏𝐈𝐃𝐀𝐍𝐀 -->

Header Menu

đ—ĸđ—Ĩ𝗔𝗡𝗚 đ—Ŧ𝗔𝗡𝗚 𝗠𝗘𝗟𝗔𝗞𝗨𝗞𝗔𝗡 𝗧𝗜𝗡𝗗𝗔𝗞 đ—Ŗđ—œđ——đ—”đ—Ąđ—” 𝗞𝗔đ—Ĩ𝗘𝗡𝗔 đ—Ŗđ—˜đ— đ—•đ—˜đ—Ÿđ—”đ—”đ—Ą 𝗧𝗘đ—Ĩđ—Ŗđ—”đ—žđ—Ļ𝗔 𝐓𝐄𝐓𝐀𝐏 𝐃𝐈𝐏𝐑𝐎𝐒𝐄𝐒 𝐇𝐔𝐊𝐔𝐌 𝐓𝐄𝐓𝐀𝐏𝐈 𝐓𝐈𝐃𝐀𝐊 𝐁𝐎𝐋𝐄𝐇 𝐃𝐈𝐏𝐈𝐃𝐀𝐍𝐀

Selasa, 19 April 2022

Gambar : ilustrasi

MATALENSANEWS.com-
(Proses hukum ke pengadilan bagi Pelaku Pembelaan terpaksa (𝙉𝙤𝙤𝙙đ™Ŧ𝙚𝙚𝙧) adalah untuk đ—ē𝗲đ—ēđ—Ŋ𝗲đ—ŋđ—ŧ𝗹𝗲đ—ĩ 𝗸𝗲đ—Ŋ𝗮𝘀𝘁đ—ļ𝗮đ—ģ đ—ĩ𝘂𝗸𝘂đ—ē bagi tersangka dan masyarakat, juga dimaksudkan untuk đ—ē𝗲đ—ģ𝗴đ—ĩđ—ļđ—ģ𝗱𝗮đ—ŋđ—ļ 𝗮𝗱𝗮đ—ģ𝘆𝗮 đ—Ŋ𝗲đ—ģ𝘆𝗮𝗹𝗮đ—ĩ𝗴𝘂đ—ģ𝗮𝗮đ—ģ 𝗮𝗹𝗮𝘀𝗮đ—ģ đ—Ŗđ—˛đ—ēđ—¯đ—˛đ—šđ—Žđ—Žđ—ģ 𝘁𝗲đ—ŋđ—Ŋ𝗮𝗸𝘀𝗮 (𝙉𝙤𝙤𝙙đ™Ŧ𝙚𝙚𝙧).


Banyak orang yang berpendapat bahwa đ—ŧđ—ŋ𝗮đ—ģ𝗴 𝘆𝗮đ—ģ𝗴 đ—ē𝗲𝗹𝗮𝗸𝘂𝗸𝗮đ—ģ 𝘁đ—ļđ—ģ𝗱𝗮𝗸 đ—Ŋđ—ļ𝗱𝗮đ—ģ𝗮 𝗸𝗮đ—ŋ𝗲đ—ģ𝗮 đ—Ŗđ—˛đ—ēđ—¯đ—˛đ—šđ—Žđ—Žđ—ģ 𝘁𝗲đ—ŋđ—Ŋ𝗮𝗸𝘀𝗮 𝘁đ—ļ𝗱𝗮𝗸 đ—¯đ—ŧ𝗹𝗲đ—ĩ 𝗱đ—ļ𝗷𝗮𝗱đ—ļ𝗸𝗮đ—ģ 𝘁𝗲đ—ŋ𝘀𝗮đ—ģ𝗴𝗸𝗮 𝗮𝘁𝗮𝘂 𝗱𝗲đ—ģ𝗴𝗮đ—ģ 𝗸𝗮𝘁𝗮 𝗹𝗮đ—ļđ—ģ 𝘁đ—ļ𝗱𝗮𝗸 đ—¯đ—ŧ𝗹𝗲đ—ĩ 𝗱đ—ļđ—Ŋđ—ŋđ—ŧ𝘀𝗲𝘀 đ—ĩ𝘂𝗸𝘂đ—ē.


𝗕𝗮𝗴𝗮đ—ļđ—ē𝗮đ—ģ𝗮 đ˜€đ—˛đ—¯đ—˛đ—ģ𝗮đ—ŋđ—ģ𝘆𝗮 đ—Ŋ𝗲đ—ģ𝗴𝗮𝘁𝘂đ—ŋ𝗮đ—ģ 𝗛𝘂𝗸𝘂đ—ē đ—Ŗđ—ļ𝗱𝗮đ—ģ𝗮 𝗱𝗮𝗹𝗮đ—ē đ—ĩ𝗮𝗹 𝘀𝗲𝘀𝗲đ—ŧđ—ŋ𝗮đ—ģ𝗴 đ—ē𝗲𝗹𝗮𝗸𝘂𝗸𝗮đ—ģ 𝘁đ—ļđ—ģ𝗱𝗮𝗸 đ—Ŋđ—ļ𝗱𝗮đ—ģ𝗮 𝗸𝗮đ—ŋ𝗲đ—ģ𝗮 đ—ē𝗲đ—ēđ—¯đ—˛đ—šđ—Ž 𝗱đ—ļđ—ŋđ—ļ ? 


Dalam Hukum Pidana dikenal 𝗔𝗹𝗮𝘀𝗮đ—ģ 𝘆𝗮đ—ģ𝗴 đ—ē𝗲đ—ģ𝗴đ—ĩ𝗮đ—Ŋ𝘂𝘀𝗸𝗮đ—ģ atau đ—ē𝗲đ—ģ𝗴𝗴𝘂𝗴𝘂đ—ŋ𝗸𝗮đ—ģ đ—Ŗđ—˛đ—ģ𝘂đ—ģ𝘁𝘂𝘁𝗮đ—ģ (𝙑𝙚𝙧đ™Ģ𝙖𝙡đ™Ģđ™–đ™Ŗ 𝙧𝙚𝙘𝙝𝙩 𝙩𝙤𝙩 𝙨𝙩𝙧𝙖𝙛đ™Ģđ™¤đ™§đ™™đ™šđ™§đ™žđ™Ŗđ™œ) dan 𝗮𝗹𝗮𝘀𝗮đ—ģ 𝘆𝗮đ—ģ𝗴 đ—ē𝗲đ—ģ𝗴đ—ĩ𝗮đ—Ŋ𝘂𝘀𝗸𝗮đ—ģ đ—Ŋ𝗲đ—ēđ—ļ𝗱𝗮đ—ģ𝗮𝗮đ—ģ atau đ—ē𝗲đ—ģ𝗴đ—ĩ𝗮đ—Ŋ𝘂𝘀𝗸𝗮đ—ģ đ—ĩ𝘂𝗸𝘂đ—ē𝗮đ—ģ (𝙎𝙩𝙧𝙖𝙛đ™Ē𝙞𝙩𝙨𝙡đ™Ēđ™žđ™Šđ™žđ™Ŗđ™œđ™¨đ™œđ™§đ™¤đ™Ŗđ™™đ™šđ™Ŗ).


Alasan yang menghapuskan penuntutan baik yang terdapat dalam KUHP maupun di luar KUHP,  antara lain : - 𝘕đ˜Ļđ˜Ŗđ˜Ē𝘴 đ˜Ēđ˜¯ đ˜Ēđ˜Ĩđ˜Ļ𝘮 (Pasal 76 KUHP) yakni dalam hal suatu perkara yang telah mendapatkan putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap, tidak boleh lagi diperkarakan dua kali. - Pelaku meninggal dunia (Pasal 77 KUHP). - Daluwasa Penuntutan (Pasal 78 KUHP), -Telah ada pembayaran denda maksimum untuk pelanggaran yang hanya diancam dengan pidana denda (Pasal 82 KUHP), -Telah dilakukan Perkara diselesaikan secara restoratif justice : diversi (UU.No.11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Anak). Peraturan Kapolri No. 6 Tahun 2019 Tentang Penyidikan Tindak Pidana, Peraturan Kejaksaan No.15 tahun 2020 Tentang Penghentian Penuntutan berdasarkan keadilan restoratif. - Mendapat Abolisi dari Presiden, - Mendapat Amnesti dari Presiden.


Sedangkan alasan yang menghapuskan pemidanaan (Hukuman) antara lain : - Ketidakmampuan bertanggung jawab (đ™¤đ™Ŗđ™Šđ™¤đ™šđ™§đ™šđ™ đ™šđ™Ŗđ™žđ™Ŗđ™œđ™¨đ™Ģ𝙖𝙩𝙗𝙖𝙖𝙧𝙝𝙚𝙞𝙙) Pasal 44 KUHP misalnya orang gila, - Adanya daya paksa (𝙤đ™Ģ𝙚𝙧đ™ĸ𝙖𝙘𝙝𝙩) baik daya paksa absolut, daya paksa relatif maupun terdapat keadaan darurat (Pasal 48 KUHP),- đ—Ŗđ—˛đ—ēđ—¯đ—˛đ—šđ—Žđ—Žđ—ģ 𝗱𝗮đ—ŋ𝘂đ—ŋ𝗮𝘁 atau đ—Ŋ𝗲đ—ēđ—¯đ—˛đ—šđ—Žđ—Žđ—ģ 𝘁𝗲đ—ŋđ—Ŋ𝗮𝗸𝘀𝗮 (𝙉𝙤𝙤𝙙đ™Ŧ𝙚𝙚𝙧) dalam Pasal 49 (1) KUHP, - đ—Ŗđ—˛đ—ēđ—¯đ—˛đ—šđ—Žđ—Žđ—ģ 𝗱𝗮đ—ŋ𝘂đ—ŋ𝗮𝘁 𝗮𝘁𝗮𝘂 đ—Ŋ𝗲đ—ēđ—¯đ—˛đ—šđ—Žđ—Žđ—ģ 𝘁𝗲đ—ŋđ—Ŋ𝗮𝗸𝘀𝗮 𝘆𝗮đ—ģ𝗴 đ—ē𝗲𝗹𝗮đ—ēđ—Ŋ𝗮𝘂đ—ļ đ—¯đ—Žđ˜đ—Žđ˜€ (𝙉𝙤𝙤𝙙đ™Ŧ𝙚𝙚𝙧𝙚𝙭𝙘𝙚𝙨) dalam Pasal 49 (2) KUHP. - Melaksanakan Perintah Undang-Undang (Pasal 50 KUHP), - Melaksanakan Perintah Jabatan (Pasal 51 KUHP) dan beberapa alasan yang menghapuskan pemidanaan lainnya yang  secara khusus disebutkan dalam Pasal tindak pidana yang bersangkutan. - Diluar KUHP antara lain mendapat Grasi.


Begitu terdapat alasan yang menghentikan penuntutan (𝙑𝙚𝙧đ™Ģ𝙖𝙡đ™Ģđ™–đ™Ŗ 𝙧𝙚𝙘𝙝𝙩 𝙩𝙤𝙩 𝙨𝙩𝙧𝙖𝙛đ™Ģđ™¤đ™§đ™™đ™šđ™§đ™žđ™Ŗđ™œ), maka pada saat itu juga negara tidak bisa melakukan penuntutan. Dengan kata lain negara kehilangan hak menuntutnya.

Akan tetapi dalam hal terdapat alasan yang menghapuskan pemidanaan (𝙎𝙩𝙧𝙖𝙛đ™Ē𝙞𝙩𝙨𝙡đ™Ēđ™žđ™Šđ™žđ™Ŗđ™œđ™¨đ™œđ™§đ™¤đ™Ŗđ™™đ™šđ™Ŗ), maka negara tetap memiliki hak untuk menuntut dalam arti pelaku tindak pidana tetap diproses ke pengadilan.

Oleh karena pembelaan darurat atau Pembelaaan terpaksa (𝙉𝙤𝙤𝙙đ™Ŧ𝙚𝙚𝙧) merupakan alasan yang menghapuskan pemidanaan (đ—¯đ˜‚đ—¸đ—Žđ—ģ 𝗮𝗹𝗮𝘀𝗮đ—ģ 𝘆𝗮đ—ģ𝗴 đ—ē𝗲đ—ģ𝗴đ—ĩ𝗮đ—Ŋ𝘂𝘀𝗸𝗮đ—ģ đ—Ŋ𝗲đ—ģ𝘂đ—ģ𝘁𝘂𝘁𝗮đ—ģ), maka orang yang melakukan pembelaan terpaksa atau pembelaan darurat (𝙉𝙤𝙤𝙙đ™Ŧ𝙚𝙚𝙧) tetap diproses hukum.

Di pengadilan akan dibuktikan apakah pembelaan terpaksa yang dilakukan itu memenuhi syarat atau tidak menurut hukum pidana. Jika memenuhi syarat pembelaan terpaksa (𝙉𝙤𝙤𝙙đ™Ŧ𝙚𝙚𝙧), maka putusan pengadilan menyatakan bahwa sifat melawan hukum perbuatannya hapus, karena adanya ketentuan undang-undang atau hukum yang membenarkan perbuatannya atau yang memaafkan terdakwa dalam hal Pembelaan yang melampaui batas (𝙉𝙤𝙤𝙙đ™Ŧ𝙚𝙚𝙧𝙚𝙭𝙘𝙚𝙨).

Syarat Pembelaan terpaksa terpenuhi sehingga tidak dapat dipidana. Akan tetapi jika syarat pemebelaan terpaksa (𝙉𝙤𝙤𝙙đ™Ŧ𝙚𝙚𝙧) tidak terpenuhi maka orang yang melakukan pembelaan terpaksa tersebut tetap dipidana sesuai Tindak Pidana yang dilakukannya.


Menurut saya meskipun orang melakukan pembelaan terpaksa itu diproses hukum, namun Para penegak hukum tetap mengedepankan Asas Praduga tak bersalah. Proses hukum ke pengadilan adalah untuk đ—ē𝗲đ—ēđ—Ŋ𝗲đ—ŋđ—ŧ𝗹𝗲đ—ĩ 𝗸𝗲đ—Ŋ𝗮𝘀𝘁đ—ļ𝗮đ—ģ đ—ĩ𝘂𝗸𝘂đ—ē bagi tersangka dan masyarakat, juga dimaksudkan untuk đ—ē𝗲đ—ģ𝗴đ—ĩđ—ļđ—ģ𝗱𝗮đ—ŋđ—ļ 𝗮𝗱𝗮đ—ģ𝘆𝗮 đ—Ŋ𝗲đ—ģ𝘆𝗮𝗹𝗮đ—ĩ𝗴𝘂đ—ģ𝗮𝗮đ—ģ. 𝗮𝗹𝗮𝘀𝗮đ—ģ đ—Ŗđ—˛đ—ēđ—¯đ—˛đ—šđ—Žđ—Žđ—ģ 𝘁𝗲đ—ŋđ—Ŋ𝗮𝗸𝘀𝗮 (𝙉𝙤𝙤𝙙đ™Ŧ𝙚𝙚𝙧).


𝐒𝐘𝐀𝐑𝐀𝐓 𝐏𝐄𝐌𝐁𝐄𝐋𝐀𝐀𝐍 𝐓𝐄𝐑𝐏𝐀𝐊𝐒𝐀


Sebelum membahas tentang syarat pembelaan terpaksa, maka terlebih dahulu Saya jelaskan apa sebenarnya yang dimaksud dengan Pembelaan terpaksa.

Pembelaan terpaksa atau pembelaan darurat dalam hukum pidana dikenal dengan Istilah 𝙉𝙤𝙤𝙙đ™Ŧ𝙚𝙚𝙧.

Istilah 𝙉𝙤𝙤𝙙đ™Ŧ𝙚𝙚𝙧 terdiri atas kata “𝙉𝙤𝙤𝙙” yang berarti “𝗗𝗮đ—ŋ𝘂đ—ŋ𝗮𝘁”, dan kata “đ™Ŧ𝙚𝙚𝙧” berarti “đ—Ŗđ—˛đ—ēđ—¯đ—˛đ—šđ—Žđ—Žđ—ģ”. Jadi secara harafiah perkataan “𝙉𝙤𝙤𝙙đ™Ŧ𝙚𝙚𝙧” itu dapat diartikan sebagai “đ—Ŗđ—˛đ—ēđ—¯đ—˛đ—šđ—Žđ—Žđ—ģ 𝘆𝗮đ—ģ𝗴 𝗱đ—ļ𝗹𝗮𝗸𝘂𝗸𝗮đ—ģ 𝗱𝗮𝗹𝗮đ—ē 𝗸𝗲𝗮𝗱𝗮𝗮đ—ģ 𝗱𝗮đ—ŋ𝘂đ—ŋ𝗮𝘁”.

𝙉𝙤𝙤𝙙đ™Ŧ𝙚𝙚𝙧 sebenarnya merupakan sebuah perkataan yang telah dipergunakan untuk menyebut lembaga pembelaan yang perlu dilakukan terhadap serangan yang bersifat seketika dan yang bersifat melawan hukum, yang dalam ilmu pengetahuan hukum pidana disebut juga dengan istilah 𝙉𝙤𝙩đ™Ŧ𝙚𝙝𝙧, 𝙇𝙚𝙜𝙞𝙩𝙞đ™ĸ đ™™đ™šđ™›đ™šđ™Ŗđ™¨đ™š, atau 𝙍𝙚𝙘𝙝𝙩đ™Ģđ™šđ™§đ™™đ™šđ™™đ™žđ™œđ™žđ™Ŗđ™œ ataupun  𝙈𝙤𝙙𝙚𝙧𝙖đ™ĸđ™šđ™Ŗ đ™žđ™Ŗđ™˜đ™Ē𝙡đ™Ĩ𝙖𝙩𝙖𝙚 𝙏đ™Ē𝙩𝙚𝙡𝙖𝙚.


đ—Ļ𝗮𝘁đ—ŧ𝗰đ—ĩđ—ļ𝗱 𝗞𝗮đ—ŋ𝘁𝗮đ—ģ𝗲𝗴𝗮đ—ŋ𝗮 (tt:434), memberikan pengertian alasan atau dasar yang menghapuskan pemidanaan (𝙎𝙩𝙧𝙖𝙛đ™Ē𝙞𝙩𝙨𝙡đ™Ēđ™žđ™Šđ™žđ™Ŗđ™œđ™¨đ™œđ™§đ™¤đ™Ŗđ™™đ™šđ™Ŗ) yaitu hal-hal atau keadaan yang dapat mengakibatkan bahwa seseorang yang telah melakukan sesuatu perbuatan yang dengan tegas dilarang dan diancam dengan hukuman oleh undang-undang (jadi perbuatan yang berupa tindak pidana) tidak dapat dihukum. Salah satunya adalah Pembelaan terpaksa (𝙉𝙤𝙤𝙙đ™Ŧ𝙚𝙚𝙧).

Ketentuan yang mengatur mengenai pembelaan terpaksa atau pembelaan darurat (𝙉𝙤𝙤𝙙đ™Ŧ𝙚𝙚𝙧) dapat dijumpai dalam Pasal 49 (1) KUHP sebagai berikut:

“𝗕𝗮đ—ŋ𝗮đ—ģ𝗴𝘀đ—ļ𝗮đ—Ŋ𝗮 đ—ē𝗲𝗹𝗮𝗸𝘂𝗸𝗮đ—ģ đ—Ŋ𝗲đ—ŋđ—¯đ˜‚đ—Žđ˜đ—Žđ—ģ 𝘆𝗮đ—ģ𝗴 𝘁𝗲đ—ŋđ—Ŋ𝗮𝗸𝘀𝗮 𝗱đ—ļ𝗹𝗮𝗸𝘂𝗸𝗮đ—ģ 𝘂đ—ģ𝘁𝘂𝗸 đ—ē𝗲đ—ēđ—Ŋ𝗲đ—ŋ𝘁𝗮đ—ĩ𝗮đ—ģ𝗸𝗮đ—ģ 𝗱đ—ļđ—ŋđ—ļđ—ģ𝘆𝗮 𝗮𝘁𝗮𝘂 𝗱đ—ļđ—ŋđ—ļ đ—ŧđ—ŋ𝗮đ—ģ𝗴 𝗹𝗮đ—ļđ—ģ, đ—ē𝗲đ—ēđ—Ŋ𝗲đ—ŋ𝘁𝗮đ—ĩ𝗮đ—ģ𝗸𝗮đ—ģ 𝗸𝗲đ—ĩđ—ŧđ—ŋđ—ē𝗮𝘁𝗮đ—ģ 𝗮𝘁𝗮𝘂 đ—ĩ𝗮đ—ŋ𝘁𝗮 đ—¯đ—˛đ—ģ𝗱𝗮 𝘀𝗲đ—ģ𝗱đ—ļđ—ŋđ—ļ 𝗮𝘁𝗮𝘂 𝗸𝗲đ—Ŋ𝘂đ—ģ𝘆𝗮𝗮đ—ģ đ—ŧđ—ŋ𝗮đ—ģ𝗴 𝗹𝗮đ—ļđ—ģ, 𝗱𝗮đ—ŋđ—ļ đ—Ŋ𝗮𝗱𝗮 𝘀𝗲đ—ŋ𝗮đ—ģ𝗴𝗮đ—ģ 𝘆𝗮đ—ģ𝗴 đ—ē𝗲𝗹𝗮𝘄𝗮đ—ģ đ—ĩ𝗮𝗸 𝗮𝘁𝗮𝘂 đ—ē𝗲đ—ģ𝗴𝗮đ—ģ𝗰𝗮đ—ē 𝗱𝗲đ—ģ𝗴𝗮đ—ģ 𝘀𝗲𝗴𝗲đ—ŋ𝗮 đ—Ŋ𝗮𝗱𝗮 𝘀𝗮𝗮𝘁 đ—ļ𝘁𝘂 𝗷𝘂𝗴𝗮, 𝘁đ—ļ𝗱𝗮𝗸 đ—¯đ—ŧ𝗹𝗲đ—ĩ 𝗱đ—ļđ—ĩ𝘂𝗸𝘂đ—ē (đ—Ĩ. đ—Ļđ—ŧ𝗲𝘀đ—ļ𝗹đ—ŧ, 1995).”

Pembelaan yang bisa dilakukan menurut Pasal 49 (1) KUHP adalah adanya (1) Serangan yang bersifat melawan hukum yang bersifat seketika terhadap diri sendiri atau orang lain, (2) Kehormatan diri sendiri atau kehormatan orang lain, dan (3) Terhadap harta benda sendiri atau harta benda orang lain.


Syarat 𝙉𝙤𝙤𝙙đ™Ŧ𝙚𝙚𝙧 itu adalah: Syarat yang harus dipenuhi “𝘀𝗲đ—ŋ𝗮đ—ģ𝗴𝗮đ—ģđ—ģ𝘆𝗮”

Syarat yang harus dipenuhi “đ—Ŗđ—˛đ—ēđ—¯đ—˛đ—šđ—Žđ—Žđ—ģđ—ģ𝘆𝗮”


𝗔. đ—Ļ𝘆𝗮đ—ŋ𝗮𝘁 đ—Ļ𝗲đ—ŋ𝗮đ—ģ𝗴𝗮đ—ģ

Serangan yang datang itu đ—ĩ𝗮đ—ŋ𝘂𝘀 đ—¯đ—˛đ—ŋ𝘀đ—ļđ—ŗđ—Žđ˜ đ—ē𝗲𝗹𝗮𝘄𝗮đ—ģ đ—ĩ𝘂𝗸𝘂đ—ē (𝙒𝙚𝙙𝙚𝙧𝙧𝙚𝙘𝙝𝙩𝙚𝙡𝙞𝙟𝙠).

Menurut Pompe bahwa perkataan melawan hukum (𝙒𝙚𝙙𝙚𝙧𝙧𝙚𝙘𝙝𝙩𝙚𝙡𝙞𝙟𝙠) dalam Pasal 49 (1) KUHP itu harus diartikan sebagai “đ—¯đ—˛đ—ŋ𝘁𝗲đ—ģ𝘁𝗮đ—ģ𝗴𝗮đ—ģ 𝗱𝗲đ—ģ𝗴𝗮đ—ģ đ—ĩ𝘂𝗸𝘂đ—ē” yang mempunyai arti lebih luas dari pada sekadar “bertentangan dengan undang-undang”. Sehingga disamping peraturan perundang-undangan juga termasuk pengertiannya peraturan-peraturan yang tidak tertulis.


Serangan itu đ—ĩ𝗮đ—ŋ𝘂𝘀 đ—ē𝗲đ—ģ𝗱𝗮𝘁𝗮đ—ģ𝗴𝗸𝗮đ—ģ đ—¯đ—Žđ—ĩ𝗮𝘆𝗮 𝘆𝗮đ—ģ𝗴 đ—ē𝗲đ—ģ𝗴𝗮đ—ģ𝗰𝗮đ—ē 𝘀𝗲𝗰𝗮đ—ŋ𝗮 𝗹𝗮đ—ģ𝗴𝘀𝘂đ—ģ𝗴 𝘁𝗲đ—ŋđ—ĩ𝗮𝗱𝗮đ—Ŋ đ˜đ˜‚đ—¯đ˜‚đ—ĩ (𝙇𝙞𝙟𝙛), 𝗞𝗲đ—ĩđ—ŧđ—ŋđ—ē𝗮𝘁𝗮đ—ģ (𝙀𝙚𝙧𝙗𝙖𝙖𝙧𝙝𝙚𝙞𝙙) atau đ—ĩ𝗮đ—ŋ𝘁𝗮 đ—¯đ—˛đ—ģ𝗱𝗮 (𝙂𝙤𝙚𝙙). 

Syarat ini meliputi tubuh diri sendiri atau orang lain, kehormatan diri sendiri atau kehormatan orang lain dan Harta benda sendiri atau harta benda kepunyaan orang lain.

Pengertian tubuh disini adalah badan seutuhnya dan juga berkenaan dengan nyawa termasuk masalah tidak terganggunya kebebasan untuk bergerak.

Kehormatan dalam Pasal 49 (1) KUHP ini tidak seluas pengertian kehormatan secara umum yang  juga meliputi nama baik. Kehormatan di sini hanyalah khusus menyangkut 𝗸𝗲đ—ĩđ—ŧđ—ŋđ—ē𝗮𝘁𝗮đ—ģ 𝗸𝗲𝘀𝘂𝘀đ—ļ𝗹𝗮𝗮đ—ģ yakni “𝗸𝗲đ—ē𝗮𝗹𝘂𝗮đ—ģ đ—ē𝗲đ—ģ𝘂đ—ŋ𝘂𝘁 𝗸𝗲𝗹𝗮đ—ēđ—ļđ—ģ”. Dengan demikian orang yang dihina tidak boleh melakukan pembelaan terpaksa (𝙉𝙤𝙤𝙙đ™Ŧ𝙚𝙚𝙧).

Pengertian harta benda dalam Pasal 49 (1) KUHP, adalah benda yang berwujud. Termasuk dalam perkembangan pengertian benda adalah strom listrik, gas, data computer dan pulsa.


đ—Ļ𝗲đ—ŋ𝗮đ—ģ𝗴𝗮đ—ģ đ—ļ𝘁𝘂 đ—¯đ—˛đ—ŋ𝘀đ—ļđ—ŗđ—Žđ˜ 𝘀𝗲𝗸𝗲𝘁đ—ļ𝗸𝗮


Serangan harus bersifat seketika atau istilah lain sekonyong-konyong atau tiba-tiba. Dalam penjelasan đ™ĸ𝙚đ™ĸ𝙤𝙧𝙞𝙚 đ™Ģđ™–đ™Ŗ đ™Šđ™¤đ™šđ™Ąđ™žđ™˜đ™đ™Šđ™žđ™Ŗđ™œ bahwa tidak terdapat noodweer tanpa adanya suatu bahaya yangt bersifat seketika bagi tubuh (sendiri atau orang lain), kehormatan (sendiri atau orang lain) atau benda kepunyaan sendiri atau kepunyaan orang lain.


Itulah sebabnya mengapa pembelaan terpaksa (𝙉𝙤𝙤𝙙đ™Ŧ𝙚𝙚𝙧) itu dibenarkan utuk dilakukan karena adanya serangan yang tiba-tiba dan tidak dapat diharapkan perlindungan dari aparat Negara (Kepolisian).

Menurut 𝘃𝗮đ—ģ 𝗛𝗮𝘁𝘁𝘂đ—ē (𝗟𝗮đ—ēđ—ļđ—ģ𝘁𝗮đ—ģ𝗴,1984:446), bahwa perbuatan yang telah dilakukan dalam suatu pembelaan terpaksa (𝙉𝙤𝙤𝙙đ™Ŧ𝙚𝙚𝙧) itu tidaklah bersifat melawan hukum. Perbuatan yang dilakukan dalam pembelaan terpaksa itu dapat disamakan dengan “đ—Ŗđ—˛đ—ŋđ—¯đ˜‚đ—Žđ˜đ—Žđ—ģ đ—ē𝗮đ—ļđ—ģ đ—ĩ𝗮𝗸đ—ļđ—ē 𝘀𝗲đ—ģ𝗱đ—ļđ—ŋđ—ļ 𝘆𝗮đ—ģ𝗴 𝗱đ—ļ𝘀𝗮đ—ĩ𝗸𝗮đ—ģ 𝗱𝗲đ—ģ𝗴𝗮đ—ģ 𝘂đ—ģ𝗱𝗮đ—ģ𝗴-𝘂đ—ģ𝗱𝗮đ—ģ𝗴”. Perbuatan tersebut terpaksa disahkan oleh karena Negara telah tidak mampu untuk memenuhi kewajibannya yaitu untuk menjamin keselamatan warga negaranya pada saat terjadi suatu serangan (tiba-tiba).


𝗔đ—ģ𝗱đ—ļ 𝗭𝗮đ—ļđ—ģ𝗮𝗹 đ—”đ—¯đ—ļ𝗱đ—ļđ—ģ (2010:200) mengatakan bahwa oLeh karena adanya syarat bahwa serangan itu “𝗛𝗮đ—ŋ𝘂𝘀 𝘀𝗲𝗸𝗲𝘁đ—ļ𝗸𝗮 đ—ļ𝘁𝘂 𝗷𝘂𝗴𝗮 đ—ē𝗲đ—ģ𝗴𝗮đ—ģ𝗰𝗮đ—ē”, maka pembelaan terpaksa (𝙉𝙤𝙤𝙙đ™Ŧ𝙚𝙚𝙧) tidak boleh dilakukan dalam hal : “Serangan yang mengancam itu akan terjadi dikemudian hari atau Serangan itu telah selesai.

Apabila serangan telah selesai, maka tidak boleh melakukan pembelaan terpaksa. Contoh Putusan 𝙃𝙤𝙜𝙚 𝙍𝙖𝙖𝙙 tanggal 22 Nopember 1949. “Tertuduh (terdakwa) telah melepaskan tiga kali tembakan yang menyebabkan orang tersebut jatuh tergeletak di atas tanah sambil mengerang-ngerang. Tujuh menit kemudian orang tersebut telah berusaha untuk bangkit dan (terdakwa) telah kembali melepaskan sebuah tembakan yang menyebabkan orang tersebut meninggal dunia. Pada tembakan yang terakhir itu sudah tidak terdapat 𝙉𝙤𝙤𝙙đ™Ŧ𝙚𝙚𝙧 atau 𝙉𝙤𝙤𝙙đ™Ŧ𝙚𝙚𝙧𝙚𝙭𝙘𝙚𝙨, oleh karena serangan itu telah lama berakhir.

Ketika si Penyerang telah bersujud minta ampun tak berdaya, maka tidak ada lagi 𝙉𝙤𝙤𝙙đ™Ŧ𝙚𝙚𝙧.

Bagaimana dalam kasus pencurian? Selama barang yang dicuri itu masih berada dalam tangan pencuri, maka dianggap serangan masih berlangsung sehingga masih dapat dilakukan pembelaan terpaksa (𝙉𝙤𝙤𝙙đ™Ŧ𝙚𝙚𝙧).


𝐁. 𝐒𝐲𝐚đĢ𝐚𝐭 𝐏𝐞đĻ𝐛𝐞đĨ𝐚𝐚𝐧


Syarat pertama dari pembelaan adalah : đ—Ŗđ—˛đ—ēđ—¯đ—˛đ—šđ—Žđ—Žđ—ģ đ—ļ𝘁𝘂 đ—ĩ𝗮đ—ŋ𝘂𝘀 đ—¯đ—˛đ—ŋ𝘀đ—ļđ—ŗđ—Žđ˜ đ—Ŋ𝗲đ—ŋ𝗹𝘂 (đ™Ŗđ™¤đ™¤đ™™đ™¯đ™–đ™ đ™šđ™Ąđ™žđ™Ÿđ™ đ™š). 


đ—Ļ𝗮𝘁đ—ŧ𝗰đ—ĩđ—ļ𝗱 𝗞𝗮đ—ŋ𝘁𝗮đ—ģ𝗲𝗴𝗮đ—ŋ𝗮 (tt:467) menggunakan istilah đ—Ŋ𝗲đ—ēđ—¯đ—˛đ—šđ—Žđ—Žđ—ģ 𝘆𝗮đ—ģ𝗴 𝘁𝗲đ—ŋđ—Ŋ𝗮𝗸𝘀𝗮 (đ™Ŗđ™¤đ™¤đ™™đ™¯đ™–đ™ đ™šđ™Ąđ™žđ™Ÿđ™ đ™š đ™Ģđ™šđ™§đ™™đ™¤đ™™đ™žđ™œđ™žđ™Ŗđ™œ). Yaitu “𝗮đ—Ŋđ—Žđ—¯đ—ļ𝗹𝗮 𝘁đ—ļ𝗱𝗮𝗸 𝗮𝗱𝗮 𝗷𝗮𝗹𝗮đ—ģ 𝗹𝗮đ—ļđ—ģ 𝘆𝗮đ—ģ𝗴 đ—ē𝗲đ—ē𝘂đ—ģ𝗴𝗸đ—ļđ—ģ𝗸𝗮đ—ģ 𝘂đ—ģ𝘁𝘂𝗸 đ—ē𝗲đ—ģ𝗴đ—ĩđ—ļ𝗱𝗮đ—ŋ𝗸𝗮đ—ģ 𝘀𝗲𝘀𝘂𝗮𝘁𝘂 𝘀𝗲đ—ŋ𝗮đ—ģ𝗴𝗮đ—ģ”. Artinya bahwa 𝗮đ—Ŋđ—Žđ—¯đ—ļ𝗹𝗮 đ—ē𝗮𝘀đ—ļđ—ĩ 𝘁𝗲đ—ŋ𝗱𝗮đ—Ŋ𝗮𝘁 𝗸𝗲đ—ē𝘂đ—ģ𝗴𝗸đ—ļđ—ģ𝗮đ—ģ 𝘂đ—ģ𝘁𝘂𝗸 đ—¯đ—˛đ—ŋđ—¯đ˜‚đ—Žđ˜ 𝗹𝗮đ—ļđ—ģ 𝗴𝘂đ—ģ𝗮 đ—ē𝗲đ—ģ𝗴đ—ĩđ—ļđ—ģ𝗱𝗮đ—ŋ𝗸𝗮đ—ģ 𝘀𝗲đ—ŋ𝗮đ—ģ𝗴𝗮đ—ģ, 𝗱𝗮𝗹𝗮đ—ē đ—ĩ𝗮𝗹 đ—ļ𝘁𝘂 đ—Ŋ𝗲đ—ēđ—¯đ—˛đ—šđ—Žđ—Žđ—ģ 𝘆𝗮đ—ģ𝗴 𝗱đ—ļ𝗹𝗮𝗸𝘂𝗸𝗮đ—ģ 𝘁đ—ļ𝗱𝗮𝗸 𝗱đ—ļ𝗸𝗮𝘁𝗮𝗸𝗮đ—ģ 𝘁𝗲đ—ŋđ—Ŋ𝗮𝗸𝘀𝗮 (đ™Ŗđ™¤đ™¤đ™™đ™¯đ™–đ™ đ™šđ™Ąđ™Ÿđ™ đ™š). Rumusan itu juga berarti bahwa 𝗮đ—Ŋđ—Žđ—¯đ—ļ𝗹𝗮 𝘁𝗲đ—ŋ𝗱𝗮đ—Ŋ𝗮𝘁 𝗷𝗮𝗹𝗮đ—ģ 𝗹𝗮đ—ļđ—ģ 𝘆𝗮đ—ģ𝗴 đ—šđ—˛đ—¯đ—ļđ—ĩ đ—ŋđ—ļđ—ģ𝗴𝗮đ—ģ 𝗱𝗮đ—ŋđ—ļ đ—Ŋ𝗮𝗱𝗮 𝗷𝗮𝗹𝗮đ—ģ 𝘆𝗮đ—ģ𝗴 𝗱đ—ļ𝘁𝗲đ—ēđ—Ŋ𝘂đ—ĩđ—ģ𝘆𝗮 (𝘆𝗮đ—ļ𝘁𝘂 đ—Ŋ𝗲đ—ēđ—¯đ—˛đ—šđ—Žđ—Žđ—ģ), đ—ē𝗮𝗸𝗮 𝗷𝗮𝗹𝗮đ—ģ 𝘆𝗮đ—ģ𝗴 𝗱đ—ļ𝘁𝗲đ—ēđ—Ŋ𝘂đ—ĩ đ—ļ𝘁𝘂 đ—¯đ˜‚đ—¸đ—Žđ—ģ𝗹𝗮đ—ĩ đ—Ŋ𝗲đ—ēđ—¯đ—˛đ—šđ—Žđ—Žđ—ģ 𝘁𝗲đ—ŋđ—Ŋ𝗮𝗸𝘀𝗮 (𝙉𝙤𝙤𝙙đ™Ŧ𝙚𝙚𝙧). Dalam kaitan ini, yang dipergunakan sebagai dasar untuk menentukan apakah sesuatu pembelaan itu terpaksa atau tidak, maka dipergunakan 𝗔𝘀𝗮𝘀 đ—Ļđ˜‚đ—¯đ˜€đ—ļ𝗱đ—ļ𝗮đ—ŋđ—ļ𝘁𝗮𝘀.


Sebagi contoh: A hendak memukul B dengan tongkat.

Dalam hal ini B menghadapi serangan dari A yang melawan hukum dan mengancam langsung. Pembelaan yang dapat dilakukan oleh B adalah bermacam-macam. B dapat menembak A. akan tetapi apabila B masih dapat memukul A untuk menghindarkan diri dari serangan A, maka pembelaan yang dilakukan oleh B dengan cara menembak bukanlah pembelaan terpaksa (𝙉𝙤𝙤𝙙đ™Ŧ𝙚𝙚𝙧).

Syarat kedua dari Pembelaan adalah “Tindakan yang dapat dibenarkan oleh suatu pembelaan seperlunya”. 

Syarat ini menentukan bahwa dalam melakukan pembelaan, maka Tidak boleh dilakukan dengan cara berlebihan. Kita harus memperhatikan 𝗔𝘀𝗮𝘀 đ—Ŗđ—ŋđ—ŧđ—Ŋđ—ŧđ—ŋ𝘀đ—ļđ—ŧđ—ģ𝗮𝗹đ—ļ𝘁𝗮𝘀 ataupun 𝗔𝘀𝗮𝘀 đ—Ļđ˜‚đ—¯đ˜€đ—ļ𝗱đ—ļ𝗮đ—ŋđ—ļ𝘁𝗮𝘀.


𝗔𝘀𝗮𝘀 đ—Ŗđ—ŋđ—ŧđ—Ŋđ—ŧđ—ŋ𝘀đ—ļđ—ŧđ—ģ𝗮𝗹đ—ļ𝘁𝗮𝘀 menentukan bahwa harus ada keseimbangan antara kepentingan hukum yang dilindungi dengan kepentingan hukum yang dilanggar. đ—Ļ𝗮𝘁đ—ŧ𝗰đ—ĩđ—ļ𝗱 𝗞𝗮đ—ŋ𝘁𝗮đ—ģ𝗲𝗴𝗮đ—ŋ𝗮 (tt: 470) menuliskan 𝙀đ™Ģ𝙚𝙧𝙚𝙙𝙞𝙜𝙝𝙚𝙞𝙙 đ™—đ™šđ™œđ™žđ™Ŗđ™¨đ™šđ™Ą (𝗔𝘀𝗮𝘀 𝗸𝗲𝘀𝗲đ—ļđ—ēđ—¯đ—Žđ—ģ𝗴𝗮đ—ģ) harus ada keseimbangan anatara kepentingan hukum yang dibela dengan kepentingan hukum yang dilanggar.

𝗔𝘀𝗮𝘀 đ—Ļđ˜‚đ—¯đ˜€đ—ļ𝗱đ—ļ𝗮đ—ŋđ—ļ𝘁𝗮𝘀. menentukan bahwa jika ada cara perlawanan yang kurang membahayakan, orang yang diserang tidak boleh memilih cara yang lebih berat dan mengakibatkan kerugian yang lebih besar pada si penyerang. Sudah tentu maksud pembuat undang-undang ialah untuk menentukan bahwa kepentingan yang dilanggar oleh si pembela tidak boleh lebih besar dari pada kepentingan yang dibelanya. Seorang pencuri buah mangga tidak boleh ditebas kakinya dengan sebilah parang apalagi menembaknya.

Jika yang diserang adalah badan (termasuk nyawa) dengan menggunakan celurit, maka masih seimbang apabila pembelaan dilakukan dengan jalan membacok juga. Tetapi misalnya seorang pencuri hand phone yang sudah tidak bersenjata membawa lari hand phone curiannya itu senilai dua juta rupiah, dapatkah dilakukan pembelaan dengan jalan membacok celurit badan si pencuri ????? ataukah cukup dengan memukul dengan tinju dan menjatuhkannya dari motornya ???? jawabnya 𝗔𝘀𝗮𝘀 đ—Ļđ˜‚đ—¯đ˜€đ—ļ𝗱đ—ļ𝗮đ—ŋđ—ļ𝘁𝗮𝘀. dan 𝗔𝘀𝗮𝘀 đ—Ŗđ—ŋđ—ŧđ—Ŋđ—ŧđ—ŋ𝘀đ—ļđ—ŧđ—ģ𝗮𝗹đ—ļ𝘁𝗮𝘀 atau 𝗔𝘀𝗮𝘀 𝗸𝗲𝘀𝗲đ—ļđ—ēđ—¯đ—Žđ—ģ𝗴𝗮đ—ģ (𝙀đ™Ģ𝙚𝙧𝙚𝙙𝙞𝙜𝙝𝙚𝙞𝙙 đ™—đ™šđ™œđ™žđ™Ŗđ™¨đ™šđ™Ą  ). Menurut saya membacok pencuri yang tidak bersenjata sudah melampaui batas pembelaan.


𝐋𝐚đĨ𝐮 𝐛𝐚𝐠𝐚đĸđĻ𝐚𝐧𝐚 đŖđĸ𝐤𝐚 𝐩𝐞đĻ𝐛𝐞đĨ𝐚𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝đĸđĨ𝐚𝐤𝐮𝐤𝐚𝐧 đĻ𝐞đĨ𝐚đĻ𝐩𝐚𝐮đĸ 𝐛𝐚𝐭𝐚đŦ ?


Menurut Pasal 49 ayat (2) KUHP, Melampaui batas pembelaan yang sangat perlu, jika perbuatan itu secara tiba-tiba dilakukan karena adanya 𝗴đ—ŧđ—ģ𝗰𝗮đ—ģ𝗴𝗮đ—ģ 𝗷đ—ļ𝘄𝗮 𝘆𝗮đ—ģ𝗴 𝗱𝗮đ—ĩ𝘀𝘆𝗮𝘁 saat itu juga, tidak boleh dipidana.


Syarat tambahan pembelaan yang melampaui batas (𝙉𝙤𝙤𝙙đ™Ŧ𝙚𝙚𝙧𝙚𝙭𝙘𝙚𝙨) adalah disamping adanya 𝘀𝘆𝗮đ—ŋ𝗮𝘁 𝘀𝗲đ—ŋ𝗮đ—ģ𝗴𝗮đ—ģ sebagaimana dalam pembelaan terpaksa, juga syarat adanya 𝗴đ—ŧđ—ģ𝗰𝗮đ—ģ𝗴𝗮đ—ģ 𝗷đ—ļ𝘄𝗮 𝘆𝗮đ—ģ𝗴 𝗱𝗮đ—ĩ𝘀𝘆𝗮𝘁 yang merupakan 𝗮𝗸đ—ļđ—¯đ—Žđ˜ 𝗹𝗮đ—ģ𝗴𝘀𝘂đ—ģ𝗴 𝗱𝗮đ—ŋđ—ļ 𝘀𝗲đ—ŋ𝗮đ—ģ𝗴𝗮đ—ģ.


Semula Pembuat undang-undang menafsirkan goncangan jiwa yang dahsyat sebagai đ—Ŋ𝗲đ—ŋ𝗮𝘀𝗮𝗮đ—ģ 𝘁𝗮𝗸𝘂𝘁, 𝗸đ—ĩ𝗮𝘄𝗮𝘁đ—ļđ—ŋ atau đ—¯đ—ļđ—ģ𝗴𝘂đ—ģ𝗴 (đ™Ģ𝙧𝙚𝙚𝙨, đ™–đ™Ŗđ™œđ™¨đ™Š 𝙤𝙛 𝙧𝙖𝙙𝙚𝙡𝙤𝙤𝙨𝙝𝙚𝙞𝙙), tetapi dalam perkembangannya kini 𝗮đ—ē𝗮đ—ŋ𝗮đ—ĩ dan 𝗸𝗲đ—ē𝘂đ—ŋ𝗸𝗮𝗮đ—ģ (đ™Šđ™¤đ™¤đ™§đ™Ŗ đ™šđ™Ŗ 𝙙𝙧𝙞𝙛𝙩) sudah termasuk dalam pengertian goncangan jiwa yang dahsyat.


Dalam pembelaan terpaksa yang melampaui batas (𝙉𝙤𝙤𝙙đ™Ŧ𝙚𝙚𝙧𝙚𝙭𝙘𝙚𝙨), 𝗔𝘀𝗮𝘀 đ—Ŗđ—ŋđ—ŧđ—Ŋđ—ŧđ—ŋ𝘀đ—ļđ—ŧđ—ģ𝗮𝗹đ—ļ𝘁𝗮𝘀 ataupun 𝗔𝘀𝗮𝘀 đ—Ļđ˜‚đ—¯đ˜€đ—ļ𝗱đ—ļ𝗮đ—ŋđ—ļ𝘁𝗮𝘀 menjadi longgar. Kerugian akibat pembelaan lebih besar dari pada kerugian akibat serangan.


Semoga bermanfaat.