Deoxa Indonesian Channels

lisensi

Advertisement MGID

 



Rabu, 13 April 2022, 6:02:00 PM WIB
Last Updated 2022-04-13T11:02:46Z
BERITA POLISINEWS

Cegah Berkembangnya Paham Radikalisme, Divhumas Mabes Gelar FGD Di Ponpes As-Surkati

Advertisement


Salatiga,MATALENSANEWS.com- Dalam rangka mencegah berkembangnya paham radikalisme dan intoleransi khususnya dilingkungan lembaga pendidikan maupun pondok pesantren, Tim Divisi Humas Mabes Polri dengan Ketua Tim AKBP Gatot Hendro Hartono, S.E, M.Si., bersama Narasumber   Nassir Abbas (Mantan Ketua JI) melaksanakan Forum Group Discussion  (FGD) di Pondok Pesantren  As-Surkati Jalan Diponegoro Salatiga, dengan tema "Terorisme Adalah Musuh Bersama", Rabu 13/04/2022.


Dipandu Ustad Didin selaku Pengasuh Ponpes As-Surkati kegiatan diawali oleh Sambutan dari Kapolres Salatiga AKBP Indra Mardiana, S.H, S.I.K, M.Si., dilanjutkan sambutan dari Tim Divisi Humas Mabes Polri AKBP Gatot Hendro Hartono, S.E, M.Si. yang membacakan Amanat dari Kadiv Humas Polri dan dilanjutkan pemaparan dari Narasumber Nassir Abbas. 


Narasumber Nasir Abbas dalam pemaparannya menyampaikan bahwa dirinya bukan asli orang Indonesia namun dari Singapura, kemudian dirinya menjadi Warga Negara Malaysia, kemudian sekitar 35 tahun yang lalu dirinya berhenti sekolah setelah lulus SMP, dan ingin belajar Al-Quran di sebuah Masjid, yang dianggap warga sekitar disebut sebagai Masjid Wahabi, namun dirinya tidak peduli karena mengangggap bahwa Masjid tersebut sangat cocok untuk dirinya, akibatnya pendidikan dirinya tidak lengkap.


Selanjutnya saya berkenalan dengan Ustadz Abu Bakar Baasyir dan mengirim saya ke Afganistan, untuk melaksanakan jihad sesuai dengan ajaran yang saya kenal, semuanya sudah disiapkan, namun setelah disana justru saya disuruh masuk sekolah kembali, untuk belajar dalam rangka mempersiapkan diri membentuk negara Islam, sampai saya lulus tahun 1990 dan menjadi pengajar di sana, kemudian saya aktif sebagai Ketua Kelompok Jamaah Islamiyah Wilayah Timur termasuk menguasai wilayah Indonesia.


Kelompok saya ini yang merencanakan tindakan melawan pemerintah (Indonesia), namun pada akhirnya aksi mereka menyimpang sehingga terjadilah aksi terorisme, seperti pengeboman gereja dan tindakan tindakan pengeboman lainnya.


Syukur Alhamdulillah melalui Polisi Pada 18 April 2003, saya tertangkap dalam keadaan hidup kemudian saya  menyadari bahwa saya salah dan sekarang ikut membantu Polisi dalam rangka mencegah berkembangnya paham radikalisme karena terorisme adalah musuh kita bersama.


Hikmahnya saya menyadari bahwa memang ada kelompok yang mengatasnamakan Islam untuk melawan pemerintah, yang sah di Indonesia, padahal apa yang mereka lakukan  di Indonesia menyalahi aturan jihad, misalnya membunuh wanita, membunuh anak-anak, membunuh lawan yang tanpa perlawanan dan merusak tempat ibadah lain, namun kelompok2 tersebut melakukan itu semua.


Perbuatan yang diridhoi Allah adalah niat baik dan sesuai tuntunan, niat jihad baik namun dengan apa yang mereka  dilakukan dengan cara pengeboman dan lain-lain itu tidak baik.


Saat ini siapa saja bisa direkrut oleh mereka sehingga perlu kita membentengi diri yaitu dengan cara belajar yang benar, agar tidak ikut sana ikut sini tanpa pengetahuan yang cukup,  sehingga mudah terpengaruh hal yang tidak baik seperti kelompok terorisme.


Untuk itu saya berharap sebagai generasi penerus bangsa tetaplah belajar sampai selesai, ditempat yang baik, jangan mudah terpengaruh dan terbawa arus, tidak termakan hoax, merasa beruntunglah hidup di Negara Indonesia dengan Pancasila yang sangat sesuai dengan ajaran agama Islam, urainya 


Selesai kegiatan Kapolres Salatiga menyampaikan bahwa kegiatan FGD yang dilaksanakan oleh Divhumas Mabes Polri sangat baik untuk menumbuhkan  "Wawasan Kebangsaan dan Bangga menjadi Bangsa Indonesia", sehingga dapat menangkal berkembangnya paham radikalisme yang menjadi pemicu terjadinya Aksi Terorisme,  jelas AKBP Indra Mardiana, S.H, S.I.K, M.Si.(Wahyu Nugroho/Hms)