Deoxa Indonesian Channels

lisensi

Advertisement MGID

 



Selasa, 08 November 2022, 11:41:00 AM WIB
Last Updated 2022-11-08T04:42:07Z
BERITA UMUMNEWS

Ahok Ungkap 5 Sosok yang Berperan Tentukan Harga BBM

Advertisement


MATALENSANEWS.com
– Kenaikan harga bahan bakar pada awal September lalu terus menjadi sorotan masyarakat Indonesia.


Tidak sedikit yang menghubungkan kenaikan harga BBM dengan Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.


Namun, menurut Ahok terdapat lima orang yang paling menentukan di pusaran penentuan kebijakan PT Pertamina, termasuk harga BBM.


Orang pertama katanya, Presiden Jokowi, di posisi kedua ada Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Panjaitan.


Ketiga, Menteri BUMN Erick Thohir lalu keempat, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati.


Kemudian yang terakhir adalah dirinya sendiri.


“Sebetulnya itu banyak sekali penyimpangan-penyimpangan terjadi. Dan posisi saya itu urutan kelima. Kenapa urutan kelima? Pertama, Presiden. Kedua, Menko Invest (Menkomarves). Ketiga, Menteri BUMN. Keempat, mau eksekusi, Dirut Utama. Saya ini nomor lima,” katanya seperti dikutip Selasa (8/11/2022).


Meskipun demikian, Ahok merasa masyarakat kerap menyalahkannya saat pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). 


“Saya boleh sampaikan ya, banyak orang pikir naiknya BBM, turunnya BBM, salahnya Ahok. Pokoknya kalau apa-apa Ahok yang salah. Tapi memang faktanya, kita itu terlalu takut untuk subsidi langsung ke rakyat,” kata Ahok.


Sementara itu, Ahok bergurau meski hanya menjadi orang nomor lima di Pertamina, ia senang.


Pasalnya, dengan posisinya itu, ia mengaku tak perlu banyak kegiatan seremoni yang ia harus ikuti.


Menurutnya dia dapat menyerahkan semuanya ke Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati.


Sehingga, kata Ahok, dia memiliki banyak waktu luang untuk belajar musik, belajar bahasa, pergi ke gym dan bahkan memperhatikan saham online.


Sebelumnya, Presiden Jokowi dan pemerintahannya mengungkap alasan kenaikan harga BBM.


Mereka berdalih kenaikan ini demi mengurangi beban APBN yang melonjak akibat kenaikan subsidi BBM dari Rp170 triliun menjadi Rp502 triliun.(R1)