Advertisement
Salatiga|MATALENSANEWS.com– Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga tengah menghadapi gejolak internal setelah mahasiswa dan dosen dari tiga fakultas menggelar aksi demonstrasi secara serentak pada Senin (5/5/2025). Aksi ini dilakukan untuk menyuarakan berbagai persoalan, mulai dari fasilitas perkuliahan yang dinilai tidak memadai hingga kepemimpinan rektor yang dianggap arogan.
Aksi paling masif dilakukan oleh ribuan mahasiswa dan dosen dari Fakultas Teknologi Informasi (FTI) UKSW. Massa mengenakan kaus biru dan membawa spanduk serta mobil yang dilengkapi sound system. Mereka melakukan long march dari kampus FTI di Jalan Diponegoro menuju kampus utama di Jalan Kartini sambil berorasi.
Dekan FTI, Prof. Danny Manongga, menyatakan bahwa FTI sebagai salah satu fakultas terbesar di UKSW merasa dianaktirikan dalam hal fasilitas.
"Kita fakultas besar, menyumbang banyak pendapatan. Tapi yang ada saat ini, fasilitas internet saja amburadul," ujarnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa berbagai usulan kegiatan dan promosi dari FTI seringkali dicoret oleh pimpinan universitas.
"Karena itu, kami juga minta ada audit keuangan. Kami bahkan menilai FTI ini dijadikan sapi perah oleh pimpinan melalui penggunaan anggaran yang tidak berpihak pada sivitas akademika," tegasnya.
Danny meminta agar pimpinan universitas mengakhiri arogansi dalam kepemimpinan dan memperbaiki komunikasi dengan fakultas. Ia juga menekankan perlunya revitalisasi fasilitas, pengelolaan keuangan yang adil, serta distribusi beasiswa yang transparan.
Ketua Senat Mahasiswa FTI, Klemens Imanuel, menambahkan bahwa kondisi kampus yang terpencil di perbukitan dan buruknya koneksi internet menjadi hambatan besar.
"Padahal ini fakultas teknologi. Kalau internet dan komputer saja tidak menunjang, bagaimana mahasiswanya bisa kritis, kreatif, dan inovatif?" ujarnya.
Sementara itu, aksi serupa juga dilakukan oleh sivitas akademika dari Fakultas Hukum dan Fakultas Teologi di kampus utama Jalan Diponegoro. Mereka menyuarakan keresahan atas kepemimpinan Rektor yang dinilai menciptakan suasana tidak nyaman.
Gejolak ini semakin memanas menyusul kebijakan Rektor UKSW yang memberhentikan dan mengangkat sejumlah pejabat struktural di Fakultas Hukum per 1 Mei 2025. Berdasarkan informasi yang diterima, empat pejabat dicopot dari jabatannya melalui surat keputusan (SK) rektor, termasuk Prof. Dr. Umbu Rauta sebagai Dekan FH.
Sebagai pengganti, Rektor mengangkat Prof. Dr. Christina Maya Indah sebagai Dekan FH UKSW, disusul beberapa pejabat baru lainnya seperti Dr. Dyah Hapsari Prananingrum sebagai Wakil Dekan, serta Dr. Marihot Janpieter Hutajulu dan Theofransus L.A. Litaay sebagai kaprodi di jenjang S1 dan S2.
Manajemen UKSW menyatakan bahwa pergantian ini merupakan bagian dari penyegaran organisasi dan peningkatan kinerja fakultas. Namun, sejumlah pihak menilai kebijakan tersebut turut memperparah ketegangan di lingkungan kampus.(Goent)