Deoxa Indonesian Channels

lisensi

Advertisement MGID

Sabtu, 21 Juni 2025, 11:00:00 AM WIB
Last Updated 2025-06-21T04:00:05Z
BERITA TNINEWS

TNI Perbaiki Rumah Mama Sakola yang Rusak Dihantam Angin, Hadirkan Harapan di Tengah Kabut Pegunungan

Advertisement


Kampung Pintu Jawa,
MATALENSANEWS.com– Di tengah kabut yang menyelimuti kawasan pegunungan Kampung Pintu Jawa, Sabtu (21/6/2025), sebuah aksi kemanusiaan menggugah hati dilakukan oleh personel Pos Pintu Jawa Satgas Yonif 700/Wira Yudha Cakti. Mereka memperbaiki rumah seorang janda tua, Mama Sakola, yang rusak parah akibat dihantam angin kencang beberapa hari sebelumnya.


Rumah berdinding kayu dan beratap seng karatan itu nyaris ambruk. Bocoran atap membuat Mama Sakola, yang hidup sebatang kara, harus bertahan di bawah tetesan hujan malam tanpa perlindungan layak. Mendengar keluhan masyarakat, Komandan Pos Letda Inf Risal segera menggerakkan anggotanya untuk turun langsung membantu.


Dengan peralatan sederhana, para prajurit TNI memanjat atap reyot, menyusun kembali seng, dan memperkuat struktur rumah yang rapuh. Meskipun medan sulit dan angin dingin pegunungan menerpa, mereka tetap bekerja penuh semangat demi memastikan Mama Sakola memiliki tempat tinggal yang layak dan aman.


“Terima kasih, anak-anak TNI sudah datang bantu. Mama Sakola sudah tua, tidak bisa naik atap. Tapi sekarang rumahnya sudah kuat kembali,” ujar Bapak Diku, tokoh masyarakat setempat, dengan mata berkaca-kaca.


Kehadiran Satgas 700/WYC bukan sekadar sebagai penjaga keamanan, tetapi juga sebagai pelindung kemanusiaan. Mereka menunjukkan bahwa seragam loreng tidak hanya identik dengan tugas militer, tapi juga dengan kepedulian sosial dan gotong royong.



Letda Inf Risal menegaskan bahwa kegiatan seperti ini merupakan bagian dari komitmen TNI dalam membangun hubungan yang kuat dengan masyarakat.


“Kami ingin jadi bagian dari mereka, bukan hanya pasukan yang datang dan pergi. Kami hadir untuk membantu, semampu dan setulus mungkin,” ujarnya.

 

Dalam dokumentasi kegiatan, terlihat para prajurit dengan sigap mengangkat kayu, memaku lembaran seng, dan memanjat atap tanpa ragu. Aksi nyata ini membuktikan bahwa kepedulian adalah senjata paling kuat seorang prajurit—mampu menembus dinginnya pegunungan dan menyulut hangatnya harapan.(RI.1)