Advertisement
Laporan : S Boyong/ErAngga
TUBAN | MatalensaNews.com – Direktorat Polisi Perairan (Ditpolair) Korpolairud Baharkam Polri menggelar diskusi bersama perwakilan kelompok nelayan Tuban, Jawa Timur, Jumat (8/8/2025), di Pos Polairud Tuban.
Kegiatan ini dihadiri Kanit Opsnal Subdit Intelair Ditpolair Korpolairud Baharkam Polri, Kompol Hadi Suryadinata, Sst., M.M., Kapos Polair Tuban Bripka Joko Nurcahyo, Ketua Rukun Nelayan Tambakboyo Sulaiman, Ketua Rukun Nelayan Jenu Muzamil, serta perwakilan kelompok nelayan lainnya.
Diskusi bertujuan mendeteksi dini potensi gangguan kamtibmas, mencegah konflik sosial di wilayah perairan, dan menyerap aspirasi masyarakat pesisir, khususnya para nelayan yang bersentuhan langsung dengan aktivitas kelautan.
Salah satu isu yang dibahas adalah insiden pada Selasa (8/7/2025), ketika delapan nelayan asal Rembang, Jawa Tengah, yang menggunakan empat perahu, diamankan nelayan lokal Tuban. Mereka dituding melakukan penangkapan ikan dengan cara yang merusak ekosistem laut.
Kompol Hadi Suryadinata menekankan pentingnya penyelesaian persoalan melalui dialog terbuka serta sinergi antara aparat, masyarakat pesisir, dan kelompok nelayan.
“Diskusi seperti ini menjadi jembatan penting untuk menyelesaikan persoalan di lapangan. Kami ingin membangun komunikasi terbuka sehingga tidak ada ruang bagi gesekan atau konflik horizontal,” ujarnya.
Selain dialog, kegiatan juga diisi dengan edukasi hukum kelautan, sosialisasi larangan penggunaan alat tangkap yang merusak lingkungan, serta imbauan penggunaan alat keselamatan mengingat cuaca yang tidak menentu.
Kapos Polair Tuban, Bripka Joko Nurcahyo, menambahkan bahwa praktik penangkapan ikan menggunakan alat tidak ramah lingkungan oleh nelayan Rembang telah berulang sejak 2021, 2022, dan terakhir pada 8 Juli 2025. Untuk mencegah kejadian serupa, Ditpolairud bersama Polsek, Koramil, TNI AL, Dinas Kelautan dan Perikanan, serta pemerintah daerah akan melakukan sosialisasi, membuat kesepakatan antara nelayan Rembang dan Tuban, serta meningkatkan patroli di wilayah perairan.
Ketua Rukun Nelayan Jenu, Muzamil, mengapresiasi inisiatif ini dan menyampaikan tantangan yang dihadapi nelayan, mulai dari penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, masuknya nelayan luar ke perairan Tuban, hingga rusaknya ekosistem laut yang berpengaruh pada hasil tangkapan.
Ia berharap Ditpolairud dapat menjadi penghubung antara nelayan dan pemerintah dalam menyusun kebijakan yang berpihak pada kesejahteraan nelayan.
Di akhir diskusi, seluruh pihak sepakat menjaga kondusivitas wilayah perairan Tuban dan menyelesaikan persoalan melalui musyawarah. Ditpolair Korpolairud Baharkam Polri menegaskan komitmennya untuk terus hadir sebagai mitra strategis nelayan dalam menjaga keamanan laut dan mendukung keberlanjutan sumber daya kelautan nasional.(*)