Advertisement
Matalensanews.com-Semarang. Kapendam IV/Diponegoro Kolonel Arh Zaenudin, S.H., M.Hum. selaku penyelenggara fungsi penerangan Kodam IV/Diponegoro mengungkapkan program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) merupakan program terpadu antara TNI dan pemerintah dalam rangka pemerataan pembangunan dan mensejahterakan masyarakat. Hal tersebut sah dan legal karena di dalam UU No 34 tahun 2004 tetang TNI disebutkan salah satu pelaksanaan tugas pokok TNI melalui Operasi Militer Selain Perang (OMSP) adalah membantu tugas pemerintahan di daerah.
Namun dibalik itu semua, masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui bahwa didalam TMMD juga terkandung tugas lain yang jauh lebih penting dalam rangka menjaga keutuhan dan kedaulatan bangsa Indonesia, yakni memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya secara dini sesuai dengan sistem pertahanan semesta.
Dijelaskan Kapendam, melalui pembangunan sarana fisik yang melibatkan berbagai komponen bangsa serta unsur masyarakat itu ternyata mampu membangkitkan semangat gotong-royong dan toleransi. Semangat ini sangat diperlukan untuk membangun persatuan serta memantik jiwa korsa, saling menghormati, bekerjasaa dan tolong menolong tanpa membedakan suku, agama, ras dan golongan.
“Dengan gotong royong maka masyarakat akan memiliki satu rasa, senasib sepenanggungan, untuk sama-sama menyelesaiakan persoalan. Berat sama dipikul ringan ringan sama dijinjing, semua pekerjaan yang dilakukan secara bersama-sama akan lebih mudah dan ringan”, tegas Kapendam
Dijelaskan pula bahwa toleransi dan gotong-royong adalah budaya leluhur bangsa Indonesia yang terbukti telah dapat merekatkan perbedaan, dan cara mudah menyelesaikan persoalan. Namun sikap toleransi dan kegotongroyongan itu secara perlahan sudah mulai memudar terkikis oleh kemajuan teknologi khususnya teknologi komunikasi dan informasi.
Walau tak semuanya benar, teknologi informasi dan komunikasi sudah merubah perilaku hidup sosial kemasyarakatan menjadi individual. Hal tersebut dipengaruhi oleh adanya teknologi digital yang mampu memenuhi kebutuhan hidup secara online.
“Apa-apa oline, pesan makanan online, beli pakaian juga melalui online, bermain yang biasa dilakukan bersama teman, kerabat, tetangga dan sebagainya-pun kini dilakukan secara online”, ungkapnya.
Masyarakat memang tidak boleh gagap teknologi, tetapi juga harus tetap menjunjung tinggi budaya bangsa yang adi luhung. Melalui TMMD inilah ketauladanan akan soliditas TNI-Polri dan masyarakat untuk memantik semangat gotong-royong untuk merekatkan perbedaan dan bersatu membangun desa agar setara dengan desa lain di perkotaan. Demekian inilah yang disebut dengan berkeadilan, karena semua dapat menikmati pembangunan.
Ha tersebut juga pernah diungkapkan salah satu warga Desa Jimbung Kecamatan Kalikotes Kabupaten Klaten, Romiyadi yang turut serta bergotong-royong membangun sarana jalan dan jembatan di desanya. Dirinya mengaku senang dan kagum dengan kekompakan TNI-Polri saat bekerja. Kerukunan, kekompakan dan kebersamaan yang ditunjukan di sini bisa dijadikan sebagai teladan dan panutan untuk menumbuhkan kebersamaan, khususnya di desanya.
Kapendampun meyakini bahwa apa yang diungkapkan Romiyadi juga dirasakan oleh seluruh masyarakat di seluruh tanah air yang daerahnya/desanya berlangsung TMMD Reguler ke-105 tahun 2019. Dirinya juga meyakini bahwa program ini sangat dinantikan oleh masyarakat desa lain yang selama ini dirasa belum menikmati pembangunan sebagaimana yang mereka harapkan.Selasa 23/7/2019 (Hum/Anden)
Namun dibalik itu semua, masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui bahwa didalam TMMD juga terkandung tugas lain yang jauh lebih penting dalam rangka menjaga keutuhan dan kedaulatan bangsa Indonesia, yakni memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya secara dini sesuai dengan sistem pertahanan semesta.
Dijelaskan Kapendam, melalui pembangunan sarana fisik yang melibatkan berbagai komponen bangsa serta unsur masyarakat itu ternyata mampu membangkitkan semangat gotong-royong dan toleransi. Semangat ini sangat diperlukan untuk membangun persatuan serta memantik jiwa korsa, saling menghormati, bekerjasaa dan tolong menolong tanpa membedakan suku, agama, ras dan golongan.
“Dengan gotong royong maka masyarakat akan memiliki satu rasa, senasib sepenanggungan, untuk sama-sama menyelesaiakan persoalan. Berat sama dipikul ringan ringan sama dijinjing, semua pekerjaan yang dilakukan secara bersama-sama akan lebih mudah dan ringan”, tegas Kapendam
Dijelaskan pula bahwa toleransi dan gotong-royong adalah budaya leluhur bangsa Indonesia yang terbukti telah dapat merekatkan perbedaan, dan cara mudah menyelesaikan persoalan. Namun sikap toleransi dan kegotongroyongan itu secara perlahan sudah mulai memudar terkikis oleh kemajuan teknologi khususnya teknologi komunikasi dan informasi.
Walau tak semuanya benar, teknologi informasi dan komunikasi sudah merubah perilaku hidup sosial kemasyarakatan menjadi individual. Hal tersebut dipengaruhi oleh adanya teknologi digital yang mampu memenuhi kebutuhan hidup secara online.
“Apa-apa oline, pesan makanan online, beli pakaian juga melalui online, bermain yang biasa dilakukan bersama teman, kerabat, tetangga dan sebagainya-pun kini dilakukan secara online”, ungkapnya.
Masyarakat memang tidak boleh gagap teknologi, tetapi juga harus tetap menjunjung tinggi budaya bangsa yang adi luhung. Melalui TMMD inilah ketauladanan akan soliditas TNI-Polri dan masyarakat untuk memantik semangat gotong-royong untuk merekatkan perbedaan dan bersatu membangun desa agar setara dengan desa lain di perkotaan. Demekian inilah yang disebut dengan berkeadilan, karena semua dapat menikmati pembangunan.
Ha tersebut juga pernah diungkapkan salah satu warga Desa Jimbung Kecamatan Kalikotes Kabupaten Klaten, Romiyadi yang turut serta bergotong-royong membangun sarana jalan dan jembatan di desanya. Dirinya mengaku senang dan kagum dengan kekompakan TNI-Polri saat bekerja. Kerukunan, kekompakan dan kebersamaan yang ditunjukan di sini bisa dijadikan sebagai teladan dan panutan untuk menumbuhkan kebersamaan, khususnya di desanya.
Kapendampun meyakini bahwa apa yang diungkapkan Romiyadi juga dirasakan oleh seluruh masyarakat di seluruh tanah air yang daerahnya/desanya berlangsung TMMD Reguler ke-105 tahun 2019. Dirinya juga meyakini bahwa program ini sangat dinantikan oleh masyarakat desa lain yang selama ini dirasa belum menikmati pembangunan sebagaimana yang mereka harapkan.Selasa 23/7/2019 (Hum/Anden)