Deoxa Indonesian Channels

lisensi

Advertisement MGID

 



Rabu, 29 Juli 2020, 4:54:00 PM WIB
Last Updated 2020-07-29T09:55:59Z
NEWSRegional

Hari raya Idul Adha 1441 Hijriah, Ditengah Wabah COVID-19

Advertisement
Foto : Dandan Febri SE
Salatiga,MATALENSANEWS.com-Hari raya Idul Adha 1441 Hijriah, yang tinggal menghitung hari, akan terasa  berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, karena Idul korban saat ini, berada ditengah krisis karena pandemi. Pelaksanaan kurbanpun tentu harus menyesuaikan dengan protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19, Rabu (29/7/20).

Meski Pemerintah, melalui Kementerian Pertanian dan Kementerian Agama, telah menerbitkan surat edaran berisi panduan pelaksanaan kurban selama pandemi. Dimana dalam panduan tersebut itu mencakup langkah-langkah mitigasi risiko dalam penjualan dan penyembelihan hewan kurban.

Diantaranya dalam panduan tersebut, pemerintah mengatur, pedagang hewan kurban harus mengoptimalkan penjualan secara daring. Kalaupun melakukan jual-beli secara tatap muka, pedagang maupun pembeli harus menerapkan penjarakan fisik (physical distancing), pengecekan suhu tubuh, dan langkah-langkah higiene personal lainnya.

Adapun proses pemotongan hewan kurban diutamakan di Rumah Potong Hewan (RPH). Apabila dilakukan di luar RPH, penyembelihan harus memenuhi protokol Covid-19.

Dari pantauan kontributor dilapangan, sejumlah pedagang hewan ternak mengatakan pesanan untuk hewan kurban menurun karena orang-orang tidak bisa berkurban setelah keuangan mereka terdampak pandemi Covid-19.

Seorang pedagang hewan Zumri di pasar pon Ambarawa, pasar hewan terbesar sejateng karena mencakup hewan dr wilayah sekitar, Salatiga, Kab Semarang, Grabag dan sekitarnya, mengatakan acara kurban Idul Adha tahun ini tidak akan seramai tahun-tahun sebelumnya. Pihaknya mengurangi jumlah hewan kurban yang diperdagabgkan hingga setengahnya, banyak permintaan dr pihak panita masjid yang mengurangi jumlah hewan korban berikut malah pengurangan panitia. Karena dari informasinya, Hewan kurban yang tidak dipotong tersebut akan disumbangkan dalam bentuk hewan hidup.

" Panitia yang terlibat pun nanti harus dalam kondisi sehat. Jadi jika tak enak badan, segala macam, enggak boleh ikut," kata Zumri.

Selain itu, tahun ini pengkurban tidak akan diizinkan menyembelih hewan kurbannya sendiri, dan penyembelihan hewan dilakukan secara tertutup.

"Biasanya kita ada layanan menyembelih sendiri atau bisa disaksikan,(jasa jagal) biasanya ramai di tiap tahun. Tapi sampai sekarang kita belum dapat job buat layanan itu mas. Jadi asumsinya yang terlibat nanti di proses penyembelihan hanya panitia," imbuh Zumri. ( 26/7)

Bahkan salah seorang pencari hewan kurban dr daerah Ungaran, Jawa Tengah, bercerita sejumlah masjid didaerahnya memilih untuk menitipkan proses penyembelihan hewan kurban di tempat RPH milik Dinas Pemerintah demi mencegah terbentuknya kerumuman orang.
"Rata-rata masjid yang sudah saling mendaftar,  itu termasuk (pelanggan) baru dan baru kali ini menyembelih.
Dampak pandemi ini memang masjid memilih menitipkan menyembelih di RPH untuk menghindari kerumunan orang banyak," lanjutnya.

Sementara itu tokoh pemuda yang kebetulan bertemu saat mencari hewan kurban, Dandan Febri SE, ketika dimintai pendapatnya, memperingatkan adanya potensi penularan virus corona dalam pelaksanaan kurban. Ia menjelaskan bahwa penularan kemungkinan tidak terjadi dari hewan kurban ke orang, tapi dari orang ke orang, karena adanya kerumunan

Maka dari itu, ia menekankan bahwa jikalau pelaksanaan pemotongan dan pembagian hewan kurban harus dilakukan dimasing-masing kepanitiaan, dilakukan dengan hati-hati dan sesuai protokol kesehatan.

"Sebaiknya hewan kurbannya diatur, maksimal satu hewan kurban dipotong oleh berapa orang karena di situ akan terjadi kontak yang mungkin tidak bisa dihindari. Kemudian yang memotong kurban harus pakai masker. Dan pastikan hand sanitaizer ( cuci tangan)  sebelum dan sesudah bertugas.Kemudian pada waktu mendistribusikannya juga itu potensi karena mendistribusikannya biasanya secara serempak. Masjid-masjid akan ada antrean dari para penerima hewan potong itu. Jadi itu harus diatur jangan sampai antrean itu enggak ada jarak,.

"Semua itu kembali pada diri kita, kalo kita ceroboh ya nanti kita sendiri yang kena, karena kalo semua dipasrahkan pemerintah yg mengawasi sudah pasti tidak mampu untuk melakukan pengawasan dan memastikan setiap tempat penyembelihan mematuhi panduan tersebut dari kementan tersebut. Jadi masyarakat lah yang saling mengawasi penyelenggaraan kurban agar meminimalkan risiko penularan Covid-19.

"Dandan juga berharap, penyelenggara berkoordinasi dengan Dinas pemerintah daerah terkait setempat  untuk melakukan pengawasan-pengawasan itu,.
Seperti halnya Dinas Pertanian melakukan Pembinaan dan pengawasan pemotongan hewan kurban, dinas yang membidangi fungsi kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner harus bekerjasama dengan instasi terkait, seperti dinas kesehatan, dinas yang membidangi keagamaan, dan TNI/Polri kalo perlu, pungkasnya.(Gunawan Agus)