Advertisement
Boyolali,MATALENSANEWS.com-Makam Ki Ageng Singoprono merupakan salah satu tempat ziarah yang ada di Gunung Tugel berada diwilayah Kabupaten Boyolali.
Gunung Tugel adalah tempat bersemayamnya Ki Ageng Singoprono yang terletak di daerah nglembu kecamatan Sambi kabupaten Boyolali. Ki Ageng Singoprono adalah putra dari kyai Ageng Wongsoprono II yang berdiam di daerah desa Manglen, sekarang desa Manglen adalah Kelurahan Walen kecamatan Simo Boyolali. Beliau adalah Putra Raden Djoko Dandun (Syaikh Bela Belu) Putra Raja Majapahit ( Brawijaya V)
Biasanya orang-orang yang mengunjungi makam bertujuan untuk berziarah ataupun menikmati pemandangan alam disekitarnya. Lokasi makam yang berada di gunung dan berhawa sejuk sehingga pengunjung dapat berziarah sembari berlibur. Meskipun tidak sedikit pula pengunjung yang bertujuan untuk melakukan pertapaan dan ngalap berkah.
keberadaan Ki Ageng Singoprono tidak lepas dari legenda Gunung Tugel yang sudah sangat dikenal terutama oleh masyarakat Boyolali. Ki Ageng Singoprono semasa hidupnya pernah berwasiat kepada Nyai Singoprono, istrinya agar setelah meninggal dimakamkan di Gunung Tugel.
Gunung Tugel memiliki ketinggian sekitar 97,8 meter dari permukaan laut dan luasnya sekitar 700 m2. Pemandangan di sekitar Gunung Tugel sangat indah dan sejuk sehingga pengunjung dapat menikmati keindahannya setelah berziarah. Namun pengunjung yang akan berziarah di makam harus mempersiapkan fisik dengan baik terlebih dahulu karena harus melewati jalanan berundak.
Kiai Singoprono merupakan putra tunggal dari Kyai Ageng Wongsoprono II. Istrinya bernama Tasik Wulan. Sifat Ki Ageng Singoprono yang suka menolong, sangat berbudi luhur dan sakti telah tersebar ke luar daerah. Penghasilannya diperoleh dari bercocok tanam. Selain itu, Ki Ageng Singoprono juga tidak malu menjual dawet dan nasi di pinggir jalan. Meskipun menjual untuk memperoleh penghasilan namun tidak jarang pula Ki Ageng Singoprono membagikannya untuk yang membutuhkan.
Namun kebaikan dan kedermawanan Kigeng Singoprono ada saja yang tidak disukai. Salah satunya yaitu Kyai Rogo Runting yang iri meskipun mereka berdua bersahabat. Perkelahian kedua inilah yang kemudian menciptakan legenda tentang Gunung Tugel. Kejadian putusnya puncak gunung tersebut merupakan simbol keinginan dari Kyai Rogo Runting untuk menyaksikan kesaktiannya kepada Ki Ageng Singoprono. Namun Ki Ageng Singoprono tidak membalasnya dengan menunjukkan kesaktiannya.
Kesaktian dan keluhuran budi Ki Ageng Singoprono juga mengulik Sultan Bintara dari Demak untuk menguji kebenarannya. Sultan Bintara berusaha untuk menjadi seorang pengemis. Namun Ki Ageng Singoprono tetap mengenali dan melayaninya dengan baik.
Bagi peziarah yang ingin mendatangi makam Ki Ageng Singoprono harus berjalan melewati jalan berundak terlebih dahulu karena terletak di atas. (Guntur SH)