Advertisement
SALATIGA |MATALENSANEWS.com— Rencana Pemerintah Kota Salatiga untuk merelokasi 860 pedagang Pasar Pagi ke Pasar Rejosari menuai kritik dari berbagai pihak, termasuk Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Salatiga. Kebijakan tersebut dinilai mengabaikan kesejahteraan pedagang kecil yang telah lama bergantung pada Pasar Pagi sebagai sumber penghidupan utama mereka.
Kepala Bidang Partisipasi Pembangunan Daerah HMI Salatiga, Rizqi Ali Sa’bani, menilai bahwa relokasi tersebut dilakukan secara tergesa-gesa tanpa kajian kelayakan yang memadai. Ia menyebut kebijakan tersebut lebih berpihak pada kepentingan proyek dan investor daripada nasib rakyat kecil.
“Relokasi ini jelas menambah beban hidup pedagang. Mereka dipindahkan ke Pasar Rejosari yang fasilitasnya belum memadai, sementara mereka telah lama berkontribusi terhadap pemasukan daerah melalui retribusi online sebesar Rp76.800 per bulan,” ujar Rizqi dalam keterangan tertulis, Senin (29/4/2025).
Menurutnya, dalih revitalisasi kawasan demi menarik investasi tidak bisa dijadikan pembenaran untuk mengorbankan sumber nafkah masyarakat. Ia mempertanyakan urgensi pembangunan mal dan infrastruktur baru jika hal itu justru mengorbankan pelaku ekonomi tradisional.
Selain persoalan kesiapan fasilitas, lokasi baru di Pasar Rejosari juga dinilai tidak strategis. Rizqi menyebutkan bahwa kawasan tersebut rawan kemacetan karena berada di jalur cepat dan jalan nasional yang sering padat, sehingga menyulitkan akses bagi pembeli dan berpotensi menurunkan omzet pedagang secara drastis.
“Banyak pedagang merasa dikhianati karena relokasi dilakukan tanpa keterlibatan penuh mereka. Mereka takut kehilangan pelanggan yang selama ini sudah loyal di Pasar Pagi,” katanya.
HMI Salatiga menegaskan bahwa pembangunan kota seharusnya berpihak pada masyarakat kecil dan bersifat partisipatif. Dalam kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih pasca-pandemi, kebijakan yang tidak berpijak pada realitas sosial-ekonomi masyarakat justru akan memperparah ketimpangan.
“Kebijakan ini bukan hanya soal pemindahan lokasi, tapi soal keberpihakan. Apa gunanya membangun mal megah jika itu menghancurkan kehidupan pedagang kecil?” tambah Rizqi, mengutip pernyataan Gus Dur bahwa pembangunan bukan hanya soal fisik, tapi juga soal kemanusiaan.
HMI menyerukan agar Pemkot Salatiga menghentikan proses relokasi hingga kajian kelayakan dan dialog yang transparan dengan pedagang benar-benar dilakukan. Mereka meminta agar solusi alternatif yang lebih berpihak pada kesejahteraan rakyat dapat diutamakan.(Goent)