Deoxa Indonesian Channels

lisensi

Advertisement MGID

Sabtu, 02 Agustus 2025, 3:43:00 PM WIB
Last Updated 2025-08-02T08:43:28Z
BERITA UMUMNEWS

Warga Purwosari Demak Ramai-Ramai Pasang Spanduk Protes Debu Proyek Tol Semarang-Demak

Advertisement


Laporan : Aris Yanto 


DEMAK|MATALENSANEWS.com– Aksi protes warga Desa Purwosari, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, terhadap dampak debu dari proyek Tol Semarang-Demak menjadi sorotan publik setelah viral di media sosial. Pada Kamis (31/8/2025), warga kompak memasang puluhan spanduk berisi protes, sindiran, hingga ancaman di sepanjang jalan menuju Pantai Morosari.


Spanduk-spanduk tersebut merupakan bentuk kekesalan warga akibat polusi udara yang ditimbulkan truk-truk pengangkut material proyek tol yang lalu-lalang tanpa penutup terpal. Tanah uruk dari truk kerap jatuh ke jalan, beterbangan menjadi debu, dan mengganggu kenyamanan serta kesehatan warga.


Salah satu spanduk bertuliskan sindiran:
“Alon-alon bro, Anda memasuki wilayah berdebu yang butuh penyiraman.”
Sementara yang lain lebih tegas berbunyi:
“Nek ora pengen dikepruk, jalanku ojo diremuk,”
“Stop truk dump tanpa terpal. Dilarang masuk wilayah berdebu ini,”
hingga seruan:
“Tanggulangi atau hentikan!”


Spanduk lainnya memuat doa dan kecaman moral:


“Aku berlindung kepada Allah, dari bahaya polusi udara di wilayah kami.”
“Kami setiap hari sudah iuran secara sukarela untuk kebersihan, tapi kamu seenaknya sendiri ciptakan polusi udara di wilayah kami.”


Kondisi Semakin Memburuk


Kemarahan warga dipicu kondisi debu yang semakin parah dan tak kunjung mendapat perhatian dari pihak proyek. Siti Solikhah, pedagang makanan di tepi jalan menuju Pantai Morosari, mengeluhkan debu yang menempel di makanan dan mengotori warungnya.


“Setiap hari kami harus menyapu dan menutup makanan rapat-rapat. Debunya nempel di kulit, bikin sesak, mata kelilipan,” ujar Siti, Sabtu (2/8/2025).


Meski ada truk tangki air yang sesekali menyiram jalan, namun warga menilai itu tidak rutin dan hanya sekadar formalitas.


“Kadang-kadang saja lewat. Kalau ingat ya disiram, kalau enggak, ya debunya tambah tebal,” tambahnya.


Pantauan di lokasi menunjukkan lapisan debu tebal mengendap di aspal, beterbangan setiap kali truk atau angin melintas. Jalanan yang belum lama dibeton kini mulai rusak, penuh lubang dan tambalan asal-asalan.


Keluhan Warga Tak Digubris


Suparjo, warga setempat, menyebut warga sudah pernah menyampaikan keluhan langsung kepada pengelola proyek, namun tidak mendapat respons.


“Sudah kami protes, tapi tidak direspon. Akhirnya warga sepakat pasang spanduk saja. Biar semua orang tahu,” ujarnya.


Tak hanya polusi, warga juga khawatir dengan sopir-sopir truk yang kerap ugal-ugalan, bahkan ketika kendaraan dalam keadaan kosong muatan. Anak-anak dan lansia menjadi kelompok paling rentan di jalur tersebut.


“Ini bukan soal debu saja. Ini soal keselamatan, soal hak hidup tenang di lingkungan sendiri,” ucap Suparjo lirih.


Desakan Penanganan Serius


Warga mendesak agar pengelola proyek dan pemerintah segera turun tangan menangani dampak proyek secara menyeluruh, mulai dari penyiraman jalan secara rutin, pemasangan terpal pada truk, perbaikan jalan rusak, hingga pengawasan terhadap perilaku sopir.


Aksi pemasangan spanduk ini menjadi simbol perlawanan warga terhadap ketidakpekaan proyek infrastruktur yang dinilai abai terhadap hak dan kenyamanan masyarakat lokal.