Advertisement
![]() |
Rumah dinas wali kota |
Laporan: Goent
SALATIGA|MATALENSANEWS.com-Pemerintah Kota (Pemkot) Salatiga, Jawa Tengah, mengusulkan rumah dinas wali kota dijadikan museum. Usulan tersebut disampaikan langsung oleh Wali Kota Salatiga, Robby Hernawan, saat berkunjung ke Kementerian Kebudayaan dan bertemu Wakil Menteri Kebudayaan, Giring Ganesha Djimaryo, belum lama ini.
Robby menjelaskan, rumah dinas yang dibangun pada masa kolonial Belanda memiliki nilai sejarah dan arsitektur yang unik sehingga layak dijadikan daya tarik budaya.
“Salatiga sebagai kota tertua kedua di Indonesia belum mempunyai museum yang representatif,” ungkapnya, Rabu (24/9/2025).
Dalam pertemuan dengan Wamen, Robby memaparkan dokumentasi foto-foto rumah dinas, lengkap dengan penjelasan detail mulai dari bagian depan, belakang, hingga tiap ruangan. Namun, ia mengakui masih ada sejumlah syarat yang harus dipenuhi untuk merealisasikan rencana tersebut.
“Arahan pak Wamen, jika rumah dinas ingin dijadikan museum ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, di antaranya perizinan peruntukan rumah dinas, narasi dan konsep, visi-misi, koleksi, hingga keaslian bangunan,” terangnya.
Selain rumah dinas, Robby juga menyinggung banyaknya bangunan cagar budaya di Salatiga yang saat ini tidak terurus karena dikuasai pihak swasta, seperti Gedung Pakuwon yang menjadi tempat bersejarah Perjanjian Salatiga. Perjanjian itu menjadi penanda berakhirnya konflik perebutan kekuasaan di Kesultanan Mataram, dengan pembagian wilayah antara Hamengkubuwono I, Pakubuwono III, dan Pangeran Sambernyawa (Raden Mas Said).
“Harapannya, dengan campur tangan Kementerian Kebudayaan, cagar budaya tersebut bisa dikelola oleh Pemerintah Kota Salatiga,” ujar Robby.
Dalam kesempatan yang sama, Robby juga meminta dukungan terhadap agenda Salatiga Perdikan Fest yang akan digelar pada 24–26 Oktober 2025. Festival ini bertepatan dengan kongres internasional para ahli arkeologi dari 35 negara yang menjadikan Salatiga sebagai pusat kegiatan karena tertarik dengan riwayat hidrologi di kota tersebut.
“Ini merupakan kongres pertama di Indonesia bahkan di Asia,” tandasnya.