Deoxa Indonesian Channels

lisensi

Advertisement MGID

Senin, 06 Oktober 2025, 8:03:00 PM WIB
Last Updated 2025-10-06T13:03:31Z
NEWSSejarah dan Budaya

Gugurnya Sunan Ngudung dan Sirna Ilang Kertaning Bumi: Akhir Majapahit, Awal Kejayaan Demak

Advertisement


DEMAK |
MatalensaNews.com – Dalam riuh perang antara pasukan Demak dan sisa kekuatan Majapahit, takdir tragis menimpa Sunan Ngudung, sang panglima perang sekaligus tokoh ulama yang disegani. Ia gugur setelah terkena luka parah di bagian lambung kiri akibat sabetan senjata Adipati Terung.


Pusaka Kiai Antakusuma yang dikenakannya kembali ke Demak dalam keadaan berlumuran darah, menjadi pertanda gugurnya sang panglima. Wafatnya Sunan Ngudung menjadi pukulan berat bagi pasukan Demak, namun api perjuangan mereka tidak padam.


Kepemimpinan Beralih ke Sunan Kudus


Sepeninggal ayahandanya, kepemimpinan laskar Demak diteruskan oleh Pangeran Kudus atau Sunan Kudus. Dengan tekad membalas kematian ayahnya, ia memimpin perang dengan semangat baru dan kekuatan yang lebih besar.


Babad mencatat bahwa Demak tidak hanya mengandalkan kekuatan militer, tetapi juga unsur spiritual dan magis. Disebutkan bahwa badhong (jimat) dari Cirebon mengeluarkan ribuan tikus yang menggerogoti perbekalan pasukan Majapahit, sementara peti wasiat dari Palembang, ketika dibuka, melepaskan badai dahsyat yang memorak-porandakan barisan musuh.


Sirna Ilang Kertaning Bumi: Tahun Kejatuhan Majapahit


Puncak pertempuran terjadi pada tahun Saka 1400 atau 1478 Masehi, yang dikenang dalam sengkalan “Sirna Ilang Kertaning Bumi”, bermakna “Hilang Sirna Kemakmuran Dunia.”


Dalam tradisi babad, pada tahun itulah Prabu Brawijaya beserta sebagian besar pengikutnya dikisahkan muksa (menghilang secara gaib) dari istana. Hanya permaisurinya yang berasal dari Cempa—seorang Muslimah—yang tetap tinggal dan kemudian menetap di Ampel Denta.


Pasukan Demak kemudian memasuki ibu kota Majapahit yang telah ditinggalkan. Pendapa agung Majapahit diboyong ke Demak dan dijadikan serambi Masjid Agung Demak, sebagai simbol peralihan kekuasaan dari Majapahit ke Demak.


Catatan Sejarah Modern


Meski demikian, sejumlah sarjana modern menempatkan jatuhnya Majapahit pada tahun 1527 Masehi, bukan 1478. Perbedaan ini mencerminkan kompleksitas dalam menafsirkan sumber-sumber babad yang kerap sarat simbol dan mitos.


Setelah kota takluk, Adipati Terung yang merasa bersalah atas kematian Sunan Ngudung akhirnya menyerah secara damai kepada Sunan Kudus. Ia mengakui kekuasaan Demak dan menyesali perbuatannya, mengakhiri perlawanan terakhir dari sisa-sisa kekuatan Majapahit.


Dengan berakhirnya perang itu, era Hindu–Buddha di Tanah Jawa berakhir, dan kejayaan Islam melalui Kesultanan Demak pun dimulai.


Kontributor : Rendy

Edytor : Farid