Deoxa Indonesian Channels

lisensi

Advertisement MGID

 


Kamis, 11 April 2024, 9:02:00 AM WIB
Last Updated 2024-04-11T02:02:11Z
NEWSSejarah dan Budaya

Legenda Jati Denok di Banjarjero, Blora: Tempat Persembunyian Putri Kediri yang Dijaga oleh Harimau

Advertisement

Gambar : Jati Denok

Laporan : Sudi Borong

BLORA|MATALENSANEWS.com-Di Banjarjero, Blora, terdapat sebuah legenda yang menjadi bagian penting dari warisan budaya masyarakat setempat. Legenda tersebut berkisah tentang Jati Denok, sebuah pohon jati yang usianya mencapai ratusan tahun dan menjadi pusat perhatian di wilayah tersebut.


Menurut cerita yang turun-temurun di masyarakat, Jati Denok bukan hanya sekadar pohon tua yang megah, tetapi juga menjadi tempat persembunyian bagi seorang putri dari Kerajaan Kediri bernama Candra Kirana. Sang putri diyakini bersembunyi di dalam hutan yang dipelihara oleh seekor harimau, yang dianggap sebagai raja rimba.


Sucipto, seorang tokoh masyarakat dan pernah menjadi anggota DPRD asal Blora, menjelaskan bahwa legenda ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kebudayaan lokal. Menurutnya, Candra Kirana melarikan diri dari kerajaan dan bersembunyi di hutan belantara di daerah Banyuurip, Banjarjero.


“Candra Kirana tinggal di Banyuurip di tengah hutan belantara, hutan jati. Yang dijaga oleh hewan harimau. Cerita ini kemudian masyhur di lakon barongan Blora,” ucap Sucipto 


Dalam legenda tersebut, siapa pun yang ingin menemui Candra Kirana harus bersiap menghadapi tantangan dari harimau penjaga hutan. Kisah ini juga menjadi inspirasi bagi banyak cerita rakyat dan pertunjukan tradisional di daerah tersebut.


Jati Denok sendiri terletak di wilayah hutan Desa Jatisari, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora. Pohon ini memiliki bentuk yang unik dan usia yang sangat tua, mencapai ratusan tahun. Ketinggian batangnya mencapai sekitar 30 meter dengan lingkar keliling mencapai 9 meter.


Meskipun menjadi objek wisata budaya yang menarik, perjalanan menuju Jati Denok tidaklah mudah. Dibutuhkan perjalanan sejauh 17 kilometer dari pusat kota, termasuk melewati jalan bebatuan yang tidak rata.


Selain sebagai tempat bersejarah, Jati Denok juga memiliki nilai ekologis yang penting sebagai bagian dari ekosistem hutan Blora. Namun, pohon ini juga menghadapi berbagai tantangan, termasuk kerusakan akibat petir dan keroposnya batang.


Pada tahun 2008, Jati Denok mencatatkan namanya dalam Rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai pohon tertua dengan usia 356 tahun. Penghargaan tersebut menjadi bukti akan pentingnya menjaga warisan alam dan budaya untuk generasi mendatang.(**)